Melatikisah seorang akhwat yang ternoda. Agama tersebut sangat baik dan merupakan sesuatu yang suci. Nyaman sekali ketika penisku mengesek pantatnya, si akhwat kayaknya maklum karena kondisi bus yang bergoyang dan sedang asyik ngobrol dengan temannya, tapi lama. Source: Details. Kisah akhwat — wahiedworld @ 8:41 am.

Si fulanah A mulai memikirkan desain tempat untuk resepsi pernikahannya beberapa bulan lagi. Fulanah B dengan berbinar-binar memilih baju pengantinnya di toko busana muslimah. Fulanah C asik mendaftar orang-orang yang akan diundang dalam resepsinya, fulanah D rajin baca buku-buku tentang pernikahan, hak dan kewajiban suami istri, pendidikan anak dalam Islam, juga mendengarkan kajian, tanya ini dan itu ke ibu-ibu yang lebih senior, kemudian Fulanah E hingga Z semua sibuk dengan segala serba-serbi persiapan menjelang senang rasanya mendengar kabar fulanah A hingga Z sebentar lagi melepas status gadis mereka menuju mahligai pernikahan. Apalagi fulanah A berusaha mempersiapkan tempat resepsi dengan disain sedemikian rupa sehingga aman dari ikhtilat dan pandangan lawan jenis. Fulanah B memilih pakaian pengantin yang tetap sesuai dengan syarat-syarat pakaian muslimah atau setidaknya meminimalisir riasan meski perlu usaha keras untuk mendapat persetujuan baik dari orangtuanya maupun dari calon mertuanya. Fulanah C mengundang semua kerabat dan teman-teman yang sekiranya dapat diundang tanpa memilah-milih status sosial dan ekonomi mereka. Fulanah D berusaha keras mempelajari hal-hal yang harus dimengerti dan akan dijalaninya esok, walaupun selama ini tidak jarang dia mendapati pengetahuan tersebut baik melalui buku-buku, ceramah para ustadz, maupun obrolan dengan teman-teman yang shalih, tapi dia merasa perlu mengulang dan menggali kembali ilmu-ilmu tersebut. Fulanah F hingga Z, semua memberi inspirasi, juga menjadi bahan evaluasi diri, namun juga terkadang membuat hati jadi galau…Termotivasi untuk menikah hingga kadar tertentu adalah suatu anugerah yang sangat indah dari Allah Ta’ala. Menyadari bahwa pernikahan antara laki-laki dan perempuan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya,وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”QS. Ar-Ruum21Berbesar hati dengan syari’at menikah dan tidak membencinya sebagai bentuk realisasi iman kita kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan menjadikan kita termasuk golongan yang berada di atas sunnahnya, serta motivasi untuk meraih berbagai pahala dalam rumah tangga, diperolehnya keturunan yang shalih dan mendo’akan orang tuanya, terwujudnya keluarga yang menegakkan syari’at Islam dan lain sebagainya menjadikan seseorang yang masih lajang berkeinginan untuk segera menikah. Waah..senangnya ya sudah dipinang, senangnya proses menuju pernikahannya demikian mudah, senang ya demikian…dan demikian. Keadaan seseorang yang tidak kunjung menikah, dan pikirannya terlalu disibukkan dengan hal tersebut dikhawatirkan menjadikan hati malah jenuh dan berpaling menjadi kegalauan. Sedih ya…kok belum ada juga jodoh yang datang, sedih ya…teman-teman sebaya, bahkan yang usianya lebih muda telah merasakan indahnya pernikahan…hingga mencapai kadar galau yang berlebihan, iri terhadap orang lain, putus asa dan bersempit hati, maka sudah barang tentu hal tersebut mengancam kesehatan jiwa dan agama terhadap orang lain merupakan suatu hal yang dilarang dalam Islam, kecuali terhadap dua hal sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallamلاَ حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الكِتَابَ، وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ“Tidak ada iri kecuali untuk dua jenis manusia Seorang yang Allah berikan kepadanya Al Qur-an hafal Al Qur-an, membacanya ketika shalat di waktu malam dan di waktu siang, dan yang kedua adalah seorang yang Allah berikan padanya harta yang melimpah, lalu dia membelanjakannya dalam ketaatan baik di waktu malam maupun di waktu siang.” HR. Bukhari dan MuslimIri di sini maksudnya adalah ghibthah, yaitu berangan-angan agar dapat semisal dengan orang lain tanpa berharap hilangnya nikmat itu dari diri orang bagaimana jika ghibthah itu kita tujukan pada pernikahan teman-teman kita? Maka mungkin perlu kita tinjau ulang hal apa yang membuat kita iri, jangan-jangan hanya sekedar ingin ikut-ikutan agar senasib dan sama statusnya dengan teman-teman yang telah menikah, atau iri ingin mendapat suami yang kaya seperti Fulanah X supaya hidup enak, atau yang populer supaya ikut populer, atau yang tampan, ningrat dan lain sebagainya tanpa memperhatikan bagaimana agamanya, maka hal ini tentunya tidak akan membuahkan kebaikan bagi diri diceritakan oleh Sufyan bin Uyainah-seorang ahli hadits, tentang dua orang saudaranya, Muhammad dan Imran. Saudaranya yang bernama Muhammad ingin menikahi wanita yang tinggi martabatnya karena motivasi supaya dirinya dapat meraih martabat yang tinggi, namun justru Allah berikan kehinaan bagi dirinya. Sedangkan saudaranya yang bernama Imran ingin menikahi wanita kaya karena motivasi harta wanita tersebut, maka akhirnya Allah pun menimpakan musibah padanya. Mertuanya merebut semua hartanya tanpa menyisakan sedikitpun untuknya. Apakah kita mau merasakan betapa pahitnya nasib kedua saudara ibnu Uyainah ini? Adapun jika niat menikah itu memang baik, maka semoga ghibthah tersebut dapat menjadi motivasi untuk menempuh sebab-sebab syar’i dalam rangka menggapai pernikahan yang Allah ridhai. Imam An-Nawawi rahimahullah dalam kitabnya At- Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an berkata, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menceritakan bahwa,إنما يعطى الرجل على قدر نيته“Seseorang diberi sesuai kualitas niatnya.”Dengan meluruskan niat kita untuk menikah tentu akan membuat kita senantiasa memperhatikan rambu-rambu syari’at demi terwujudnya keridhaan Allah Ta’ala, meski Allah mentaqdirkan kita untuk tidak segera berbagai usaha dan sebab-sebab yang dituntunkan syari’at untuk mempermudah perjodohan telah dilakukan, namun hambatan dan kegagalan itu masih menghadang di depan mata, sehingga akhirnya hati pun merasa sempit dan berputus asa. Dalam keadaan yang demikian ada baiknya kita tengok kegagalan dari saudari-saudari kita dan renungi betapa apa yang kita alami tidak seberapa, betapa nikmat Allah yang masih bisa kita rasakan demikian besarnya dibanding kegagalan untuk segera menikah yang dianggap buruk dalam pandangan sebagian manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mewanti-wanti kita dalam sabdanyaانظروا إلى من أسفل منكم، ولا تنظروا إلى من هو فوقكم، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم“Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian, dan jangan melihat orang di atas kalian, maka itu lebih layak untuk kalian agar tidak memandang hina nikmat yang Allah anugerahkan kepada kalian.” HR. MuslimKalaulah hingga saat ini kita masih menanti jodoh, maka kita lihat saudari-saudari kita yang jauh lebih dahulu menanti jodoh namun hingga saat ini masih belum datang juga jodoh yang dinanti. Kalaupun kita pernah gagal menjalani proses di awal perjodohan, maka ada di antara saudari kita yang gagal di ambang pintu pernikahan. Kalau ternyata kita termasuk yang merasakan pahitnya kegagalan di ambang pintu pernikahan, maka bukankah kita masih merasakan betapa Allah membukakan banyak pintu-pintu kebaikan lainnya untuk diri kita? Yakinlah bahwasanya pilihan Allah itu lebih baik dari pada pilihan karena itu janganlah sempit hati dan putus asa meliputi hari-hari kita sampai-sampai kita lupa akan kewajiban kita sebagai seorang hamba, kewajiban kita terhadap diri kita sendiri, demikian juga kewajiban kita sebagai seorang anak, atau kewajiban sebagai mahasiswa, bahkan kewajiban sebagai penghuni kos misalnya. Padahal dengan menunaikan kewajiban, sekalipun dalam perkara dunia jika kita niatkan untuk meraih ridha Allah maka akan membuahkan pahala, sebagaimana perkataan sebagian ahli ilmu, “Ibadahnya orang yang lalai itu bernilai rutinitas, dan rutinitas orang yang berjaga dari lalai itu bernilai ibadah.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Dar Ats-Tsuraya, th. 1424 H. hal. 13Allah Ta’ala juga memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan tugas demi tugas,فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ“Maka apabila kamu telah selesai dalam suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap.” QS. Al-Insyirah 7-8.Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan ayat ini, “Maka jadikanlah kehidupanmu kehidupan yang penuh dengan kesungguhan, apabila engkau telah selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat, dan jika engkau telah selesai mengerjakan urusan akhirat, maka kerjakanlah urusan dunia. Jadilah engkau bersama Allah Azza wa Jalla sebelum mengerjakan tugas dengan memohon pertolongan-Nya, dan setelah mengerjakan tugas dengan mengharapkan pahala-Nya.” Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz Amma, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, cet. III, Dar Ats-Tsuraya, th. 1424 H. kita dapat menepis seluruh kegalauan hati, namun terkadang juga masih ada keresahan-keresahan yang menyibukkan pikiran kita. Mungkin hal itu terjadi karena masih adanya waktu luang yang tidak kita manfaatkan. Jiwa manusia memang senantiasa dalam salah satu dari dua keadaan, bisa jadi jiwa ini disibukkan dengan ketaatan kepada Allah, namun jika tidak, maka jiwa itu justru yang akan menyibukkan pemiliknya. Nashihaty Linnisaa, Ummu Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hady Al-Waadi’i, cet. I, Dar Al-Atsar, th. 1426 H. hal. 20Syaikh Abdurrazaaq bin Abdil Muhsin Al-Badr hafidzahullah memiliki resep jitu yang beliau kumpulkan dari petunjuk Allah Ta’ala dan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam untuk menjaga kondisi keimanan kita. Beliau menjelaskan sebab-sebab yang dapat meningkatkan iman di antaranya5Mempelajari ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu agama yang diambil dari kitabullah dan sunnah rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, bisa dengan membaca Al Qur-an dan mentadabburinya, mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, merenungi perjalanan hidup nabi shallallahu alaihi wa sallam, merenungi ajaran-ajaran luhur agama ini, membaca perjalanan hidup salaful ummah, dan lain sebagainya. Namun ilmu itu sendiri bukanlah tujuan, melainkan sarana agar dapat diamalkan dalam bentuk beribadah kepada Allah Ta’ala, bukan untuk tujuan ayat–ayat kauniyah Allah yang ada pada makhluk-NyaBersungguh-sungguh dalam beramal shalih serta memurnikannya untuk mengharap wajah Allah semata, baik berupa amalan hati, lisan, maupun anggota badan.Asbabu Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al-Badr, cet. II, Maktabah Dar Al-Manhaj, th. 1431 H Adapun sebab-sebab yang dapat mengurangi iman dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam berupa kebodohan, lalai, berpaling dan lupa, mengerjakan maksiat dan berbuat dosa, serta nafsu yang menyeru pada keburukan. Sedangkan sebab dari luar berupa syaitan, dunia dan fitnahnya, serta teman-teman yang buruk. Semoga dengan mengetahui sebab-sebab tersebut, kita dapat lebih waspada dan berusaha mengamalkannya agar terjaga dari keterpurukan iman bagaimana pun kondisi kita. Bukankah gagal menikah masih lebih baik dibanding gagal mengabdikan diri kepada Allah?Terakhir mari kita renungkan perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ketika menafsirkan ayat “alam nasyrah laka shadrak” Al-Insyirah 1,“Manusia yang Allah lapangkan dadanya untuk menerima hukum kauni, akan engkau dapati dia ridha terhadap ketentuan dan taqdir-Nya, dan merasa tenang terhadap hal itu. Dia berkata Aku hanyalah seorang hamba, dan Allah adalah Rabb yang melakukan apa yang dikehendaki-Nya, orang yang berada dalam kondisi seperti ini akan senantiasa dalam kebahagiaan, tidak sedih dan berduka, dia merasa sakit namun tidak sampai menanggung kesedihan dan duka cita, dan untuk hal yang demikian telah datang hadits shahih bahwasanya Nabi shallallhu alaihi wa sallam bersabdaعَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، وَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، وَكَانَ خَيْرًا لَهُ“Sungguh mengagumkan keadaan seorang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya itu baik, tidak ada yang mendapati keadaan seperti itu kecuali bagi seorang mukmin, apabila keburukan menimpananya, dia pun bersabar maka itu menjadi kebaikan baginya, dan apabila kebahagiaan meliputinya, dia pun bersyukur maka itu menjadi kebaikan baginya.”” Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz Amma, Ummu Ubaidillah Muroja’ah Ust. Ammi Nur Baits*** Artikel
Akhirnyasetelah mendengar perkataan sahabatnya itu, kang Abay pergi ke sekretariat Rohis dan ambil formulir untuk gabung jadi anak rohis. Walaupun beliau menyukai akhwat tersebut, tetapi beliau tidak ingin berpacaran, beliau ingin menjadikan akhwat tersebut sebagai istrinya. Tapi ya bagaimana, masih SMA masih jauh ke jenjang pernikahan.
Sebagai gambaran bagaimana Islam memberikan kemudahan untuk menikah, berikut riwayat tentang Sa’id b. Musayyab seorang tabi’in terkemuka di Madinah yang menolak lamaran putra khalifah Abdul Malik ibn Marwan 65 – 86 H, lalu justru menikahkannya dengan seorang duda miskin bernama Abu Wada’ah. “Abu Wada’ah bercerita kepadaku tetangganya , ia menuturkan, “Aku –sebagaimana yang kamu tahu- selalu berada di masjid Rasulullah SAW untuk menuntut ilmu. Aku senantiasa berada di halaqoh Said ibn al-Musayyib, dan aku ikut berdesak-desakan bersama manusia…Kemudian dalam beberapa hari aku menghilang dari halaqoh syaikh sehingga ia mencari-cariku dan menyangka aku sakit atau ada sesuatu yang menimpaku…Ia bertanya tentang aku kepada orang-orang di sekelilingnya, namun tidak ada berita yang ia dapatkan dari mereka. Tatkala aku kembali kepadanya setelah beberapa hari, ia menyalamiku dan mengucapkan selamat datang. Ia bertanya, “Dimanakah kamu wahai Abu Wada’ah?” Baca lebih lanjut → Sahabat, sikap sabar menanti jodoh ternyata telah dianjurkan dalam Islam, sebagaimana kisah yang terdapat dalam Al-Quran di bawah ini. “Oh ibu, usiaku sudah lanjut, namun belum datang seorang pemuda pun meminangku? Apakah aku akan menjadi perawan seumur hidup?” Kira-kira begitulah keluhan seorang gadis Mekah yang menunggu jodohnya. Ia berasal dari Bani Ma’zhum yang kaya raya. Mendengar rintihan si anak, ibunya yang teramat kasih dan sayang kepada anaknya lantas kalang kabut ke sana ke mari untuk mencari jodoh buat si puteri. Pelbagai ahli nujum dan dukun ditemuinya, ia tidak peduli berapa saja uang yang harus keluar dari saku, yang penting anaknya yang cuma seorang itu dapat bertemu jodoh. Namun sayang usaha si ibu tidak juga menampakkan hasilnya. Buktinya, janji-janji sang dukun cuma bualan kosong belaka. Sekian lama mereka menunggu jejaka datang melamar, akan tetapi yang ditunggu tidak pernah nampak batang hidungnya. Baca lebih lanjut → Suatu hari, hujan deras memaksa sang ikhwan berteduh di sebuah gedung tua. Sang ikhwan baru pulang kerja. Itu adalah hari pertamanya bekerja di sebuah perusahaan. Di situ, ia menyaksikan seorang lelaki buta dituntun oleh seorang wanita. Mereka mencari tempat duduk untuk berteduh. Di sudut gedung tua itu, sang wanita menyeka air hujan yang mengenai wajah si buta. Begitu penuh kasih sayang di antara keduanya. Si Buta paruh baya itu beristrikan seorang muslimah muda nan cantik. “Subhanallah, Allah Maha Pemberi Rahmat kasih sayang, bahkan si buta pun tak luput dari kasih sayangMu ya Allah”, Sang ikhwan terharu dan tersadar betapa besar kasih sayang Allah terhadap hambaNya. Beberapa saat yang lalu, ia sempat trauma, putus asa, dan lupa akan rahmat Allah. Bahkan pernah tersisip niat tak akan menikah. Padahal Allah berfirman, “Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah, sesungguhnya tidakberputus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang-orang yg kafir” Yusuf87 Satu minggu kemudian, sang ikhwan mendapat undangan menghadiri rapat kerja tahunan organisasi dakwah di kampusnya. Sebagai mantan pengurus, ia tentu merasa penting untuk datang. Saat acara berlangsung, seorang wanita tergopoh-gopoh membawa sekardus makanan. Ia kemudian menyerahkan satu paket konsumsi tersebut ke panitia laki-laki. Sang ikhwan sesaat melihat wanita tersebut, lalu ia termenung… “wanita pembawa konsumsi tadi serasa tak asing, hm… Ya Allah! Bukankah ia adalah wanita yang kulihat tempo hari bersama suaminya yang buta? Ternyata dia seorang mahasiswi”, sang ikhwan terkejut membatin. “Sssssttt… koq kamu memperhatian akwat pembawa konsumsi itu terus? Kalau suka lamar aja walaupun belum tentu diterima, hehe.. Saingan ente pasti banyak kalo mau melamar dia”, kata kawannya yang masih jadi mahasiswa. Sang ikhwan terperanjat… “Astaghfirullah, saya tidak sengaja.. semoga Allah mengampuni dosa saya karena tidak menundukkan pandangan terhadap wanita itu. Saya cuma heran dengan akhwat itu, bukankah dia sudah menikah… saya pernah melihat ia bersama suaminya yang, maaf, buta. Tadi aku dengar ente bilang kalo suka dia, dilamar aja? Gak salah tuh, melamar istri orang?” Tanya sang ikhwan penuh heran. “Weitttttss.. sembarangan ente, wanita muda n cantik gitu dibilang udah punya suami.. yang ente Maksud itu pasti bapaknya bukan suaminya… Wk wk wk wk…”, sang ikhwan menjadi bahan tertawaan kawannya. “Masya Allah, saya salah sangka donk…”, Sang ikhwan sedikit malu terhadap kawannya itu. Namun, justru berawal dari situ, ia semakin terkesan dengan akhwat pembawa konsumsi itu. Apalagi sang ikhwan memang sedang melakukan pemburuan.. memburu jodoh yang tak kunjung datang. Walau banyak pesaing, sang ikhwan takan gentar. Ia akan tetap berusaha dan bertawakal memburu targetnya. Kali ini akhwat pembawa konsumsi. Setelah mendapatkan info alamat e mail akhwat yang diburunya, sang ikhwan langsung mengirimkan surat Kepada YTH Calon istri saya, Calon ibu anak-anak saya, dan Calon bidadari surgaku Di tempat Assalamu’alaikum Wr Wb Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai. Saya seorang yang menginginkan ukhti untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan. Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini. Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin Singkat cerita, akhwat puteri seorang lelaki buta itu pun menerima dan telah men-komunikasikan dengan kedua orang tuanya. Orang tua akhwat ini sangat mengerti agama… walau ia tahu bahwa sang ikhwan adalah lelaki sederhana, mereka dengan terbuka dan senang hati menerimanya. “Sebulan lagi, kita langsungkan pernikahan. Bukankah Rasulullah menyerukan untuk menyegerakan pernikahan jika jodoh sudah datang?” Ayah yang buta itu menodong langsung sang ikhwan untuk menikahi puterinya. “Baiklah, Insya Allah saya terima tantangan bapak”, jawab sang ikhwan penuh keyakinan, walaupun sebenarnya ia merasa kaget dan tidak sangka akan secepat itu. Sang ikhwan tak punya uang… Uang gajinya bulan ini sudah ia kirimkan untuk memenuhi kebutuhan saudaranya. Menjelang hari pernikahan, sang ikhwan hanya mampu membayar uang administrasi KUA. Uang sisa hanya Rp 50 ribu. Sang akhwat memang tidak meminta apa-apa. Ia hanya meminta cincin kawin sebagai saksi pernikahannya. Dengan uang Rp 50 ribu, sang ikhwan jalan-jalan mencari sesutu yang bisa dijadikan sebagai mas kawin. Tepat di pinggir jalan, ia melihat tukang aksesoris menjajakan barang-barangnya. Mata sang ikhwan langsung tertuju pada sepasang cincin besi, ia menawar dan membelinya. “Ukhti, cincin ini sebagai tanda ikatan perkawinan kita… memang tak seberapa, harganya pun cuma Rp 30 ribu. Namun, jangan dipandang dari harganya…lihatlah itu sebagai symbol akad nikah yang akan kuucapkan atas nama Allah. Akad suci mitsaqon ghalida perjanjian yang kuat. Akad yang Allah anggap setara dengan perjanjian antara Allah dengan para nabi dan RasulNya. Cincin ini menjadi saksi perjanjian kuat tersebut. Semoga engkau menerimanya”, tulis sang ikhwan di kertas yang ia kirimkan beserta sepasang cincin, dua hari sebelum pernikahan. Sang akhwat mengirimkan sms “Akhi, cincinnya sudah saya terima. Aku hanya bisa menangis terharu dan bahagia menerimanya. Semoga Allah mempersatukan kita di dunia maupun di akhirat. Aku sudah mantap akan mengarungi kehidupan bersama akhi. Sampai jumpa di pelaminan. Calon istrimu.” Pernikahan sederhana penuh barokah terlaksana sudah. Mereka kini hidup bahagia dengan satu orang putera. Kehidupan ekonominya telah membaik. Mereka bersama merintis bisnis. Cincin besi itu pun hingga kini masih melingkar di jari suami-istri tersebut. Ken Ahmad Kawan-kawan memberi info tentang seorang akhwat. Mereka menjulukinya akhwat C4. Sesuai julukannya, ia bisa meledakkan jantung seseorang sampai berdetak kencang hingga melelehkan mata pria yang memandangnya. C4 itu bukan bahan peledak seperti yang kita kenal, namun C4 singkatan dari CANTIK luar dalam, CUEK, CALM and CONFIDENT. Tidak tahu siapa yang pertama kali memberi julukan. Yang jelas, akhwat itu dikagumi banyak lelaki karena C4-nya. Tapi, pria-pria tidak ada yang berani kurang ajar. Busana muslimah yang dikenakannya membuat orang segan. Ditambah, C4 tidak pernah menanggapi dan memberi harapan pria yang jatuh hati padanya. Hati C4 seolah tertutup rapat dari rayuan gombal para lelaki. Dia adalah seorang mahasiswi Fakultas MIPA semester akhir di sebuah Perguruan Tinggi Negeri. Dengar-dengar, C4 sudah siap menikah dan sedang menanti lelaki melamarnya. Gayung bersambut… sang ikhwan menanggapinya dengan antusias. “Mungkin saja Allah mengirimkan dia untuk menemani hidupku, membasahi kegersangan hatiku, serta penyejuk duniaku. Tidak ada yang tahu sebelum aku mencobanya”, sang ikhwan berkata dalam hati dengan penuh harap. Cukup bernyali, ikhwan miskin ini memimpikan seorang bidadari yang cantik, kaya dan banyak pengagumnya. Sedangkan sang ikhwan hanyalah seorang pengembara penuh derita… yang tak cukup harta bahkan kadang terancam nyawa. Tak ada cewek-cewek yang meliriknya. Namun, mental penakluk dunia telah menancap kuat sejak kepergian orang tua. Tak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Semua manusia sama derajatnya, baik miskin atau kaya, baik cantik ataupun buruk rupa. Yang membedakan dan memuliakan manusia hanyalah ketakwaannya. Ternyata itu yang membuat nyalinya bak singa di gurun sahara. Proses ta’aruf pun dijalani dengan perantara guru ngaji sang ikhwan, Ustadz Hanif. C4 melihat biodata lelaki yang akan meminangnya. “Baru lulus kuliah, belum dapat pekerjaan. Tapi, sepertinya ikhwan ini komitmen dan ia pasti bertanggung jawab menafkahi keluarga. Dialah yang paling berani diantara lelaki yang mencoba meminangku”, C4 termenung sendiri dalam hati. Secara tak sadar, ia telah mengagumi sang ikhwan. “Apakah ukhti menerima pinangan ini?” Pertanyaan Ust. Hanif secara tiba-tiba mengejutkan C4 yang sedang bergumam sendiri. Rona wajah C4 terlihat memerah… begitu natural tampak kecantikannya. Terlihat salting, C4 kemudian hanya tersenyum tersipu malu dan sedikit menganggukkan kepala. Melihat kode jawaban C4, Sang Ikhwan langsung memeluk Ust. Hanif. Ia tak bisa memendam rasa bahagia itu. “Alhamdulillah, Allah mulai tunjukkan siapa jodoh saya”, sang ikhwan mengucap syukur. Sungguh tak disangka pinangannya akan diterima. Keakraban telah tampak antara Sang ikhwan dan keluarga C4. Rencana pernikahan mulai dibicarakan. Orang tua C4 meminta 6 bulan untuk persiapan nikah sekaligus memberikan kesempatan C4 menyelesaikan skripsinya. Sebelum pernikahan, keluarga C4 harus mengunjungi keluarga sang ikhwan. Hari kunjungan tersebut telah ditentukan. Memang, saat pinangan, keluarga C4 tidak terlalu banyak bertanya kondisi ekonomi sang ikhwan. Sang ikhwan pun tidak banyak cerita hal itu, akibat terlena dan terlalu bahagia. Sepertinya mereka sudah percaya sepenuhnya, karena sang ikhwan seorang sarjana. Sang ikhwan tak punya rumah. Ia jadikan rumah kakaknya sebagai tempat kunjungan keluarga C4. Rumah sempit dan banyak penghuninya. Dengan menggunakan Mobil Kijang Inova, tibalah keluarga C4 di rumah keluarga Sang ikhwan. Sang ikhwan mulai tak enak hati. Keluarga C4 enggan turun dari mobil untuk memasuki rumah. Hampir setengah jam mereka terdiam dalam mobil. C4 akhirnya mendesak ortu dan rombongan untuk turun menemui keluarga sang ikhwan. Di dalam rumah, ortu C4 tampak dingin, tidak bersikap seperti biasanya. Ketika memasuki rumah sempit itu, Sang ikhwan mulai menangkap kekecewaan di raut wajah orang tua C4. Dengan basa-basi Ayah C4 berucap kepada kakak sang ikhwan, “pinangan ini belum tentu jadi ya, ini kan baru proses pengenalan”. Deg. Deg. Deg. Denyut jantung sang ikhwan terhentak oleh ucapan Ayah C4. Ia tak bisa berkata sepatah pun… Ia hanya ingat ortu C4 akan menikahkan dengan putrinya pada tanggal yang telah ditentukan. “Mengapa meraka berubah? Apa karena kini aku tampak fakir di hadapan mereka? Tapi sudahlah, saya tidak boleh berburuk sangka”, sang ikhwan berusaha menenangkan diri. Tiga hari setelah kunjungan keluaga C4, usai shalat subuh tiba-tiba terdengar nada pesan. Rupanya sms dari C4 untuk Sang ikhwan, isinya “Akhi, jka saya memilih satu diantara dua pilihan, yaitu nikah atau meneruskan kuliah.. kemudian saya putuskan untuk memilih melanjutkan kuliah S2, bagaimana menurut akhi? Ini sudah keputusan keluarga”. SMS itu semakin menguatkan firasat sang ikhwan… Ia menyadari keluarga C4 tidak menyukainya setelah hari kunjungan kemarin. Sms ini adalah penolakan pinangan secara halus. Sang ikhwan kemudian membalas sms-nya “Demi Allah yang dapat menentukan segala hal, sesungguhnya Allah telah menggariskan jodoh seseorang. Jika engkau bukan jodohku, ini adalah ketetapanNya. Jika karena kemiskinanku, aku dihinakan, ini juga keputusanNya. Allah telah menguji keimananku. Inilah takdir yang Allah berikan. Allah mengetahui mana yang terbaik. Boleh jadi aku menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagiku. Boleh jadi aku membenci sesuatu padahal ia amat baik bagiku. Allah mengetahui, sedang aku tidak mengetahui. Mohon maaf jika ada kesalahan selama kita ta’aruf. Semoga Allah berikan jodoh yang terbaik untukmu. Wassalam.” Tiga bulan kemudian, C4 resmi menikah dengan lelaki lain. Studi S2 yang menjadi alasan batalnya pinangan, hanyalah alibi. Itu hanya rencana untuk membatalkan pinangan. Sang ikhwan hanya berpasrah diri terhadap ujian yang menimpanya. Luka lama ditinggal kedua orang tua seolah menganga kembali. Kini ia merasa dihinakan karena kemiskinannya oleh orang yang ia cintai. Trauma menghinggapi jiwanya. Tak ada lagi impian tentang cinta. Bersambung ke bagian 3…. Ken Ahmad Dorongan ekonomi membawa bunda pergi ke negeri orang. Menyusul Ayahanda yang telah dulu menjadi TKI Tenaga Kerja Ilegal… Ilegal menurutku, karena hal itu tak pernah diizinkan keluarga.. anak-anak terlantar karenanya Alih-alih bertemu ayah, ibunda malah terdampar. Hingga terdengar kabar ibunda meninggal karena kekurangan oksigen di kamar pembantu, di sebuah rumah elit, di Negara Saudi Arabia. Ibunda meninggal dalam kondisi tak wajar. Tak ada jasad. Tak ada wajah yang bisa dilihat sang bocah untuk terakhir kali. Yang diterima hanya kabar ibunda telah disemayamkan. Entah dimana… Sebulan kemudian… ayahanda yang tak pernah bertemu bunda di negeri orang pun pulang. Hati sang bocah berumur 6 tahun ini sangat senang. Ia ingin bertemu ayah yang selama ini tak pernah terlihat. Ia ingin meraba, menyentuh dan bermanjaan dengan sang ayah. Begitu besar kerinduannya, hingga ia salah mengenal orang. Orang yang datang ke rumah dikira ayah… Sang bocah menarik-narik tangan sang tamu dan berkata, “Ayah, ayah lama sekali meninggalkan aku… aku pengen digendong ayah”. Sang bocah telanjang yang hanya mengenakan celana pendek itu pun langsung menaiki punggung orang yang ia kira ayahnya dengan riang… Menyaksikan hal itu, sang tamu langsung menitikkan air mata… sambil memindahkan posisi bocah yang digendongnya ke arah depan, ia pun memeluk erat sang bocah. Namun, ia tak sanggup berkata-kata, apalagi untuk menyampaikan kepada sang bocah bahwa ayahnya di RS tak berdaya karena sakit liver stadium IV. Tak berapa lama.. sang bocah tahu ayah meninggal di sebuah RS di Jakarta. Bagai sehidup semati, kepergian ibunda disusul ayahanda hanya dalam waktu sebulan… *** Sejak ditinggal kedua orang tua 20 tahun silam, hidupnya terasa gersang. Tak ada lagi tetesan kasih membasahi jiwanya yang mengering. Tak ada topangan motivasi di saat-saat hidup terasa sulit. Tiada penadah saat raganya rapuh dan hendak terjatuh… Hidupnya bagai di alam liar. Mencoba bertahan di tengah belantara kehidupan yang kejam. Masyarakat tampak acuh dan langka uluran tangan. Namun Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, selalu menyelamatkannya di saat-saat terdesak. Buktinya, selama ini ia berhasil tumbuh walau miskin dan penuh kesederhanaan. Ia meyakini bahwa Allah yang selalu mengawasi dan memberikan rizki selama ajal belum menjemputnya. Sebagaimana sebuah hadist mengatakan, “…Karena sesungguhnya, tidaklah seorang hamba akan meninggal, hingga telah datang kepadanya rizki terakhir yang telah ditentukan untuknya….”HR Abdur-Razaq, Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Alhamdulillah, sang bocah telah tumbuh dewasa. Segala bentuk kesulitan dan penderitaan telah menghantarkannya pada majelis-majelis. Ia selalu mencari jawaban atas segala kesulitan yang dialaminya melalui pengajian-pengajian. Dan, kini ia telah jadi seorang ikhwan. Namun, kehausan kasih yang selama ini terpendam tetap saja tak bisa hilang dengan pengajian. Kesunyian kerap kali menghampirinya… Sang ikhwan merindukan kasih yang tak pernah ia dapatkan. Sudah menjadi fitrah manusia ingin dikasih dan mengasihi, ingin dicinta dan mencintai. Setiap kali ia membutuhkan cinta, ia hanya bersimpuh dan bercengkrama dengan Allah di keheningan malam. Namun, tetap saja itu tak cukup. Masih ada keresahan yang mengganjal. Hingga ia menyadari bahwa ia membutuhkan cinta Allah dalam bentuk lain. Yaitu, cinta dari sejenisnya yang telah Allah ciptakan agar manusia bisa merasa tentram. Bersambung. ke bagian 2. Ken Ahmad Rahasia jodoh, rejeki dan kematian adalah mutlak milik Allah Swt, tidak ada satu makhluk pun yang dapat mengetahuinya kecuali sang Pemilik diri kita. Hal tersebut telah terpatri erat dalam pikiranku sejak lewat dua tahun lalu. Mendorongku untuk terus berikhtiar dan selalu berkhusnudzon kepada Allah Azza wa Jalla tentang kapan saatnya tiba menemukan belahan jiwaku. Dalam proses pencarian diusiaku yang ketiga-puluh-tiga, beberapa teman dekat mulai dijajaki, ta’aruf pun dilakukan. Dalam proses ta’aruf, salah seorang sempat melontarkan ide tentang pernikahan dan rencana khitbah. Namun herannya, hati ini kok emoh dan tetap tidak tergerak untuk memberikan jawaban pasti. Hey, what’s going on with me? Bukankah aku sedang dikejar usia yang terus merambat menua? Bukankah aku sedang dalam proses pencarian belahan jiwa? Bahkan seorang sahabat sempat berkomentar miring tentang keengganan aku memberikan respon kepada salah satu dari mereka. Si sahabat mengatakan bahwa aku adalah type pemilih’ yang lebih suka jodoh yang tampan, kaya raya dan baik hati, dan lainnya yang serba super dan wah. Tapi, aku gelengkan kepalaku ke arahnya karena kriteria seorang calon suami bagiku adalah si dia seorang muslim sejati yang mempunyai visi yang sama untuk membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Tapi lucunya, kalau diminta untuk mengejewantahkan ke dalam diri seseorang, jujur saja aku tidak tahu. Again, jodoh sesungguhnya sebuah rahasia yang mutlak milik Allah Swt. Proses pertemuanku dengan sang suami pun bak cerita dongeng. Jangankan sahabat atau rekan kantor, pun jika kami kembali me-rewind proses pertemuan kami, wuih … unbelievable! but it happened! Subhanallah… Suamiku adalah sosok yang biasa dan sangat sederhana, namun justru kesederhanaan dan keterbiasaannya itulah yang memikat hati ini. Dan, alhamdulillaah hampir mendekati kriteria seorang suami yang aku dambakan. Di beberapa malam kebersamaan kami, suami sering menanyakan kepadaku tentang satu hal, “apakah bunda bahagia menikah dengan aku?” aku pun menjawab dengan jeda waktu sedikit lama, “ya, bunda bahagia, ayah”. Masya Allah, seandainya suamiku tahu, besarnya rasa bahagia yang ada di dada ini lebih dari yang dia tahu. Besarnya rasa syukur ini memiliki dia cukup menggetarkan segenap hati sampai aku perlu jeda waktu untuk menjawab pertanyaannya. Hanya, aku masih belum mampu mengungkapkan secara verbal. Allah yang Maha Mengetahui segala getaran cinta yang ada di hati bunda, Allah yang Maha Mengetahui segala rasa sayang yang ada di jiwa bunda. Karena, atas nama Allah bunda mencintai ayah. Pertama kali aku melihat suamiku adalah ketika acara ta’lim kantor kami di luar kota. Kami berdua belum mengenal satu sama lain. Hanya kesederhanaan dan wajah teduhnya sempat mampir di dalam pikiranku. Beberapa hari kemudian, aku terlibat diskusi di forum ta’lim yang difasilitasi oleh kantor kami. Di sinilah aku merasakan kuasa Allah yang sangat besar. Rupanya teman diskusi itu adalah si empunya wajah teduh tersebut. Ini aku ketahui ketika kami janjian bertemu di suatu majelis ta’lim di salah satu masjid di Jakarta. Sempat juga aku kaget ketika menemui wajah yang tidak asing itu. Setelah acara ta’lim selesai, kami sempat mengobrol selama kurang dari satu jam dan kami pun pulang ke rumah masing-masing. Tidak ada yang special pada saat itu, at all. Namun beberapa hari kemudian, entah kenapa wajah teduh itu mulai hadir di pikiranku kembali. Ternyata hal yang sama pun terjadi di pihak sana. Kami pun sepakat untuk melakukan ostikharah. Subhanallaah, tidak ada kebimbangan sama sekali dalam hati kami berdua untuk menyegerakan hubungan ini ke dalam pernikahan. Satu minggu setelah pertemuan kami di masjid, sang calon suami pun melamarku lewat telepon. Pun tanpa ada keraguan aku menjawab YA, ketika dia mengatakan akan membawa keluarganya untuk meng-khitbah ahad yang akan datang. Pernikahan kami terlaksana justru bersamaan dengan rencana khitbah itu sendiri. Proses yang terjadi adalah keajaiban buat kami berdua dan semua adalah kuasa Allah yang ditunjukkan kepada kami. Kami rasakan tangan’ Allah benar-benar turun menolong memudahkan segala urusan. Hari H yang semestinya adalah pertemuan antar dua keluarga dalam acara khitbah, justru dilakukan bersamaan dengan akad nikah. Sujud syukur kami berdua, karena semua acara berjalan begitu lancar, dari mulai dukungan seluruh keluarga, urusan penghulu dan pengurusan surat-surat ke KUA, hanya dilakukan dalam waktu 1 hari 1 malam!!. Maha Suci Allah, hal tersebut semakin menguatkan hati kami, bahwa pernikahan ini adalah rencana terbaik dari Allah Swt dan Dia-lah Pemersatu bagi perjanjian suci kami ini. Dalam isak tangis kebahagiaan kami atas segala kemudahan yang diberikan-Nya, tak pernah putus kami bersyukur akan nikmat-Nya. Insya Allah, pernikahan kami merupakan hijrahnya kami menuju kehidupan yang lebih baik dengan mengharap ridho Allah, karena tanggal pernikahan kami selisih satu hari setelah hari Isra mi’raj. Akhirnya setelah sekian lama aku mengembara mencari pasangan hidup ternyata jodohku tidak pernah jauh dari pelupuk mata. Suamiku adalah teman satu kantor yang justru tidak pernah aku kenal kecuali dua minggu sebelum pernikahan kami. Inilah rahasia Allah Swt yang tidak pernah dapat kita ketahui kecuali dengan berkhusbudzon kepada-Nya. Percayalah, bahwa Allah Swt adalah sebaik-sebaik Pembuat keputusan. Serahkanlah segala urusan hanya kepada Allah semata. Jika sekarang para akhwat yang sudah di atas usia kepala tiga merasa khawatir karena belum mendapatkan pasangan/jodoh, percayalah selalu akan janji Allah di dalam firman-Nya “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. ar-Ruum21 Jangankan manusia, hewan dan buah-buahan pun diciptakan Allah perpasangan. Ber-khusnudzon selalu kepada-Nya bahwa, entah esok, lusa, satu bulan, satu tahun atau bahkan mungkin sepuluh tahun nanti, dengan ijin Allah, jodoh kalian pasti akan datang. Pasangan jiwa yang terbaik yang dijanjikan dan dipersatukan-Nya dalam perjanjian suci yang disebut pernikahan. Wallahu’alam bishshowab. bunda ___________________ sumber Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci. Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’. ”Subhanallaah…wal hamdulillaah…”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa. ”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni. ”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati. ”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.” Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara. ”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!” ??? Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah. Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan.. Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa, ”Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karunia-Nya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya! __________________________________ Sumber Buku “Jalan Cinta Para Pejuang” Karya Salim A. Fillah Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Ia tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu. ”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.. Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan. Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu? ”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..” ”Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!” ’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan. ”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ”Entahlah..” ”Apa maksudmu?” ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!” ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!” Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya. ___________________ Sumber Buku “Jalan Cinta Para Pejuang” Karya Salim A. Fillah Di antara keutamaan menikah dengan gadis perawan adalah mereka lebih rela dengan nafkah yang sedikit. Anda bisa berumah tangga mulai dari nol, dari keadaan tidak punya apa-apa sama sekali. Penghasilan pas-pasan dan rumah kontrakan tipe RS7 tidak menjadi persoalan. Tidak berkurang sedikit pun kemesraan dan ketulusannya. Itulah yang dikatakan Rasulullah, “….. lebih rela menerima pemberian, nafkah yang sedikit”. Ketika menelisik kehidupan nyata saat ini… muncul pertanyaan, adakah gadis baik saat ini ketika kehormatan dan kesucian dianggap tidak penting lagi? Ada gak ya? Hm.. Anda mungkin bisa membayangkannya ketika melihat pergaulan muda-mudi di sekeliling Anda. Kalo saya sih, hanya bisa mengelus dada bukan sok suci lho, ngelus dada karena haus nih, eh salah ya, harusnya ngelus kerongkongan… maksa hehe. Kesucian cinta yang seharusnya hanya dipersembahkan untuk sang suami, apa jadinya jika telah ternoda? Kisah Rani, Rebeca dan Yayuk adalah hanya sekelumit kisah di permukaan. Banyak fakta dan cerita yang lebih parah dari sekedar cerita ringan Rani, Rebeca dan Yayuk. Menurut survey BKKBN tahun 2008, 63 persen remaja Indonesia pernah berhubungan seks. Parahnya, hasil penelitian Komnas Anak pada tahun yang sama menunjukkan 62,7 persen remaja SMP sudah tidak perawan lagi. Wow… kapan melakukannya ya? Saat belajar kelompok kali! hehe Kasihan suami kita kelak. Ia kita berikan cinta sisa orang. Sang istri telah ternoda dan sudah “tidak perawan” dalam makna kiasan ataupun sungguhan. Kelak, ketika sudah bersuami, wanita yang hatinya telah ternoda cenderung membandingkan suami dengan hal terkesan di masa lalu bersama “sang mantan”. Akibatnya, ia tidak terima jika suami tak sesuai dengan harapannya. Tepatnya, tidak sesuai seperti sang mantannya. Mungkin itu salah satu penyebab tingginya perceraian saat ini. Menurut KUA, setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangannya bercerai. Umumnya mereka yang baru berumah tangga KUA 2007. Tahun 2007 aja sudah seperti itu, apalagi tahun sekarang 2010… pasti lebih tinggi lagi. Terus kalo tahun 2012? Jangan bilang Kiamat sudah dekat! Benar pernyataan Rasulullah, “Kawinilah gadis…”! Pengalaman bercintanya pertama kali hanya dengan suami. Apapun kelemahan dan kekurangan suami yang tidak bertentangan dengan hukum syara, ia akan menerimanya. Karena ia belum punya pembanding yang lebih perfect sebelumnya. Cintanya akan ia tumpahkan seutuhnya untuk sang suami.. Betapa indah! Nah, bagi wanita yang lagi pacaran… hati-hati… hatimu ternoda. Jangan biarkan dirimu termangsa. Kalo bisa, langsung minta nikah ke cowoknya. Cowok biasanya ingin enaknya aja, tapi gak mau tanggung jawab. Ibarat kata, “Cowok lo yang makan nangkanya orang lain yang kena getahnya…” hmm, udah mulai 17+ nih. Kalo cowok gak mau menikahimu atau belum siap nikah, putusin aja sebelum mereka semakin banyak menggoreskan noda. Setelah pria memberi noda, apakah Anda bisa menjamin mereka tetap di samping Anda? Tak ada penjara yang mampu memenjarakan hati pria di dunia ini ketika pria itu sudah dapat apa yang diinginkannya. Selamatkan diri Anda segera! Soal jodoh, serahkan pada Allah… lebih baik kita mempersiapkan diri menjadi wanita terbaik untuk suami kita kelak. Ketika Anda bersiap diri, insya Allah jodoh akan menghampirimu. Kelak, belajarlah mengenal suami apa adanya. Anggap saja, ia lelaki pertama yang engkau kenal.. Dialah lelaki sejati yang akan menemanimu sepanjang hayat. Jangan kau sakiti mereka dengan mengungkap dosa lama. Dengan membandingkan dan memimpikan sang mantan atau pujaan dalam kehidupan rumah tangamu. Tutuplah masa kelammu.. pejamkan mata dan bertaubat. Allah berfirman “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”[Qs Al-Baqarah222]. “….janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[Az Zumar53]. Wallahu a’lamu bish-shawab. Ken Ahmad “Kamu koq gak romantis sih? Sesekali kasih dong aku bunga!” Rani menggerutu dan cemberut di hadapan suaminya. Sang suami memang polos dan tidak pandai mengungkapkan kata-kata cinta. Sebenarnya sang suami bukan tak cinta, namun ia punya cara lain dalam mengekspresikan cinta. Baginya, kerja keras untuk menafkahi keluarga serta sesekali membantu pekerjaan istri di rumah adalah bentuk cinta kepada istrinya. Memang kekurangannya adalah kaku dan tak pandai berucap romantis. Lain Rani, Lain pula Rebeca. Tadi malam Rebeca ngambek kepada sang suami. Keinginannya untuk membeli baju baru tak kesampean lantaran penghasilan sang suami pas-pasan. Rebeca memiliki tipe suami P13 … Pergi Pagi Pulang Petang Pinggang dan Pundak Pegal-Pegal Penghasilan Pas-Pasan Potong sani Potong sini… seterusnya tambahin sendiri ya?! hehe. Ada lagi. Yayuk namanya. Dia sudah cape jadi kontaktor terus bersama suaminya. Pindah-pindah kontakan udah biasa. Maklum, cari yang murah. “Ayah, kapan kita punya rumah sendiri? Kan gak enak pindah-pindah memulu”, Yayuk bersungut-sungut ke suaminya. Sang suami hanya terdiam. Ia tampak sedih membatin, di dalam kontakannya. Kontrakan yang baru ia dapatkan susah payah. Cari yang murah, namun enak ditempati memang sulit. Ia hanya bisa dapatkan rumah dengan tipe RS7… Rumah Sangat Sederhana dan Sempit Sekali Sisinya Sawah dan Selokan… lebai ini sih, hehe. Usut terusut… Rani… ternyata pernah memiliki mantan yang super romantis. Bertolak belakang dengan sang suami. Pantas, ia selalu menuntut suami agar wajib bersikap romantis Rebeca… ternyata pernah memiliki pujaan hati anak gedongan. Saat pacaran dengan sang mantan, Rebeca sering dibelikan baju walau ia tak memintanya. Bertentangan dengan sang suami, jangankan beli baju… beli garem sama terasi aja sulit.. maklum dah, wong pailit. Terakhir, Yayuk. Ternyata eh, ternyata… ia pernah pacaran dengan putera konglomerat. Sang putera sudah dibangunkan rumah mewah oleh ortunya sebagai persiapan untuk keluarganya kelak. Tentu saja, ini kontadiktif dengan Paijo, sang suami yang dengan banting daging dan tulang pun, belum mampu menyediakan rumah yang nyaman bagi Yayuk. Dari peristiwa di atas, saya jadi teringat sebuah hadist… pesan Rasulullah kepada yang hendak menikah. “Kawinilah gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih sedap mulutnya, lebih banyak melahirkan, dan lebih rela menerima pemberian, nafkah yang sedikit.” HR Thabrani Seorang gadis yang hatinya belum disinggahi perasaan cinta, ketika ia menikah akan lebih jernih ungkapan perasaannya. Akan terlahir kemesraan yang lebih hangat. Sedap mulutnya. Ada canda yang menyegarkan jiwa, ada juga gelak tawa kecil yang renyah. Bisa bermesraan saat-saat berdua dengan cubitan cinta rada mendayu-dayu nih, hihi. Kita juga bisa saling gigit dengan gigitan sayang jangan terlalu keras, nanti sariawan! Hehe. Akibatnya, letih dan penat yang kita rasakan saat pulang, rasanya hilang tanpa bekas. Tunggu ya, bagian2 Ken Ahmad.
\n\n\nkisah akhwat menanti jodoh
20Mei 2012, tepatnya hari Minggu sekitar pukul 09:30 pagi. Pagi itu dengan langkah seorang diri yang berpeluh penuh dengan keringat karena kebetulan saya baru pulang dari PP alias “Pasar Pagi” hehehe. Dengan barang bawaan yang lumayan banyak (ceritanye abiz borong-borong :D) ada buah juga ada nasi buat sarapan. Catatan ini bukan cerita bagaimana teori perjodohan Rasulullah dengan Khadijah, Ali dengan Fatimah, atau kisah terkini antara Abdullah Khoirul Azzam dengan Anna Althafunnisa dalam serial Ketika Cinta Bertasbih. Ini hanya teori ringan berupa beberapa konsep yang harus dibuktikan sebagai analisa bersama di zaman sekarang. Berikut konsepnya 1. Konsep tawakal – إنما المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا وعلى ربهم يتوكلون 2 الذين يقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون 3 أولئك هم المؤمنون حقا لهم درجات عند ربهم ومغفرة ورزق كريم 4 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman [1] ialah mereka yang bila disebut nama Allah [2] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki nikmat yang mulia.” Berangkat dari ayat di atas bahwa tawakal juga harus di iringi dengan ibadah seperti shalat dan berbagi kepada yang membutuhkan agar kelak mendapat rizki yang mulia di sisi Allah. Tawakal atau berserah diri setelah semua upaya di usahakan itulah esensi dari arti kata tawakal sesungguhnya. – ……..ومن يتق الله يجعل له مخرجًا2 ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه……3 “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” Oleh karenanya bagi rekan-rekan yang dalam masa penantian hendaknya memahami konsep pertama ini sebagai langkah awal menuju proses selanjutnya. Bagaimana, mudah kan…! 2. Konsep penyembahan . إياك نعبد وإياك نستعين- “Hanya Engkaulah yang kami sembah [3], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan [4].” QS. Al-Faatihah 5 ………..…… لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai…” QS. Ali Imran 92 – وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنْتُ خَلْفَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا فَقَالَ يَا غُلَامُ! اِحْفَظِ اَللَّهَ يَحْفَظْكَ اِحْفَظِ اَللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اَللَّهَ وَإِذَا اِسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ صَحِيحٌ Ibnu Abbas RA berkata Aku pernah di belakang Rasulullah SAW pada suatu hari dan beliau bersabda “Wahai anak muda peliharalah ajaran Allah niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah ajaran Allah niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” [5] Dalam konsep ke-2 ini tentunya memerlukan beberapa perangkat dalam melakukan segala jenis ibadah yang harus dilakukan dengan konsisten dan sabar. Mari kita perhatikan surat Hud juz 12 di bawah ini – فاستقم كما أمرت ومن تاب معك ولا تطغوا إنه بما تعملون بصير 112 ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار وما لكم من دون الله من أولياء ثم لا تنصرون 113 وأقم الصلاة طرفي النهار وزلفا من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات ذلك ذكرى للذاكرين 114 واصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين 115 “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim [6] yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” Pesan dari ayat yang agung di atas di antaranya, mari kita perhatikan فاستقم = Perintah untuk konsisten dalam kebaikan ولا تركنوا إلى الذين ظلموا = Menjaga pergaulan وأقم الصلاة = Perintah menjaga Shalat إن الحسنات يذهبن السيئات = Hendaknya perbuatan buruk dosa-dosa kecil kita di iringi dengan kebaikan agar terhapus kecuali dosa besar via bertaubat واصبر = Dan perintah bersabar. Perangkat dari konsep ke-2 Menyembah hanya kepada Allah. Meminta segala sesuatunya juga kepada Allah Belajar berbagi untuk menjadi pribadi yang taat Dan kesimpulan yang ada dari surat Hud di atas. Teruntuk para penanti jodoh hendaknya juga memperhatikan pesan-pesan tersirat dari ayat-ayat Qur’an dan hadits nabi pada konsep ke-1 dan ke-2. Sekarang kita beralih ke konsep selanjutnya. 3. Konsep amal shalih dan Iman – من عمل صالحا من ذكر أو أنثى و هو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة……. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” [7] Dari surat An Nahl ayat 97 juz 14 di atas, mari kita perhatikan sejenak kalimat “فلنحيينه” falanuhyiyannahu maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya , di sini Allah ta’ala menggunakan huruf ’Lam taukid” setelah huruf “Fa” dan “Nun tasydid” sebelum huruf ’Ha besar” di akhir. Dalam kaidah bahasa Arab huruf Lam taukid berharakat fathah dan Nun Tasydid dibaca dengan ghunnah/berdengung 2 harakat yang di gabungkan dalam satu kalimat itu mempunyai arti Penguat makna. Penekanan lebih bersifat jaminan, menguji secara pasti dan lainnya sifatnya tergantung teks Qur’an Bisa juga pengeras arti tergantung dari ayat sebelum dan sesudahnya. Contoh berupa jaminan pasti Ada di Surat An Nahl ayat 97 juz 14 pada kalimat “فلنحيينه” falanuhyiyannahu, adapun konteksnya Allah ta’ala akan menjamin mereka ikhwan dan akhwat yang punya kecenderungan pada kebaikan dengan kehidupan yang layak, tapi dengan satu sarat yaitu ”percaya akan adanya satu Tuhan Allah tanpa menyekutukan-Nya’. Adapun berupa ujian yang juga bersifat pasti ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات …………………………… “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan…” QS. Al Baqarah 155 Mari kita perhatikan kalimat ولنبلونكم “wa lanabluwannakum” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu. Artinya Allah hendak menegaskan bahwa akan ada pelbagai ujian yang bersifat pasti karenanya pula dipakailah huruf “Lam taukid dan Nun tasydid” sebagai bentuk keilmuan bagi orang-orang yang beriman agar bersiap-siap akan ujian dari-Nya, di antaranya Rasa Takut yang kadang menghampiri Rasa lapar yang pernah dirasakan kondisi ekonomi menjadi kurang mengizinkan kehilangan sanak saudara atau orang-orang terkasih dan juga kekurangan akan buah-buahan Makanan Kalaupun kita dapati tidak dengan Nun tasydid misalnya di surat Yusuf ayat 32 juz 12 ….ولئن لم يفعل ماء آمره ليسجنن وليكونا من “…Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.” Kalimat pertama “ليسجنن” “layusjananna” niscaya dia akan dipenjarakan dengan lam taukid di awal dan nun tasydid di akhir, artinya memang betul Istri Al-Aziz atau yang lebih dikenal di kalangan masyarakat luas sebagai Zulaikha, Zalikha atau Rahil, walaupun riwayat tentang nama sebenarnya tidak ada yang bisa di pertanggungjawabkan karena semuanya lemah. Bahwasanya dia hendak memenjarakan Yusuf jika tidak menuruti aturannya. Tapi kalimat setelahnya justru berbeda, mari kita perhatikan ” وليكونا” “wa layakuunaa” dan dia akan termasuk/menjadi menggunakan huruf Nun Khofifah dan dibaca panjang 2 harakat yang bermakna “Penekanannya lebih ringan ketimbang dengan nun tasydid”, artinya Maksud Istri Al-Aziz kepada Yusuf sejatinya bertentangan dengan hati nuraninya atau tidak sepenuh hati. Karena bagaimana mungkin dia melihat orang yang sangat di cintainya hingga di mabuk asmara karena ketampanannya menjadi orang yang terhina. Tentunya kita pun demikian tidak mungkin melihat orang yang kita cintai menderita. Studi Normatif Sebenarnya apa yang dilakukan Istri Al Aziz kepada sang pujaan hati Yusuf adalah Salting Salah tingkah Istilah zaman sekarang karena cintanya yang berlebihan atau lebai kata anak muda di zaman ini. Kesimpulan konsep ke-3 Almarhum Syeikh Tantowi mantan Syeikh Al-Azhar Mesir pernah mengatakan kalau ayat dari Surat An Nahl di atas merupakan ganjaran di dunia bagi orang-orang baik lagi beriman kepada Allah yaitu “kehidupan yang layak”. [8] Para ulama sendiri mengartikan kehidupan yang layak ini beragam Dijadikan pemegang kepentingan. Dimantapkan agamanya Diberikan rasa nyaman dalam hidup Pekerjaan yang cocok. Keluasan rizki yang baik Kemudahan demi kemudahan. Juga jodoh yang di idamkan dan masih banyak lagi. Jadi….. bagi para penanti jodoh hendaknya mengamalkan ayat di atas sebelum kita melanjut ke konsep berikutnya. Semoga…. 4. Konsep Cinta Cinta adalah anugerah Allah yang bisa mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, para pakar Cinta sendiri mempunyai banyak definisi tentangnya dan saling berbeda tapi yang bisa disepakati adalah Cinta mendorong untuk melakukan hal-hal positif, karya-karya besar dan menjadikan hidup lebih hidup. Cinta bisa menghilangkan rasa sakit, mendorong untuk segera sembuh, cinta juga bisa menggeser segala jenis rintangan, halangan, gesekan, ujian, cobaan, kesedihan, kegalauan, kesulitan dan benda-benda mati lainnya, karena hakikat cinta adalah benda hidup yang senantiasa menghiasi hari-hari pecinta sejati. Maka teruslah hidup dengan benda hidup Cinta. Cinta bukanlah pemaksaan kehendak dan bukan juga cinta siapa yang memaksakan kehendak, melainkan cinta adalah sebuah dialog antara dua insan yang harus di perjuangkan dengan rahmat dan ridha dari sang pemilik cinta yaitu Allah. Cinta itu bermacam-macam ada cinta kepada Allah dan rasul-Nya, kepada agama, Negara, Manusia, materi, lingkungan, hobi dan banyak lagi, bukti kita cinta kepada Allah yaitu patuh dan taat pada perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Cinta berawal dari pengenalan atau ta’aruf, setelah itu timbul rasa, lalu tanggung jawab dan yang terakhir adalah kesetiaan, bukan cinta namanya bagi yang tidak mengenal dan juga yang tidak setia kepada pasangan. Cinta atau Mawaddah adalah mengosongkan hati dari segala kekurangan terhadap pasangannya, saling mengerti dan melengkapi, karena jika Cinta, segala kekurangan yang ada pada kekasihnya itu terlihat normatif, sehingga betapapun buruk yang di cintainya akan menjadi terlihat baik karena cinta dan itulah arti sejati dari Mawaddah. Khusus yang sudah menikah Oleh karenanya bagi para penjalin cinta kasih Suami-Istri hendaknyalah memperjuangkan cinta, jaga cintanya agar tetap bersemi menghiasi isi hati, sedangkan bagi para penanti jodoh hendaknya bersabar akan jaminan dari Allah berupa kehidupan yang layak di dunia seperti yang tersirat pada surat An Nahl ayat 97 juz 14. Inilah rangkaian singkat dari arti cinta, oleh karenanya wajib bagi kita untuk memahami lebih dalam akan arti cinta sebelum kita melanjut ke Konsep jodoh yang terakhir. 5. Konsep mencari sebab Ajaran Islam bukan saja mengedepankan sisi “Spiritualitas” tapi juga ada sisi lain yang penting diperhatikan yaitu “Rasionalitas” dari sinilah banyak ilmuwan barat ramai memeluk ajaran Islam karena ajarannya yang rasional. Kalaulah kita hanya berpegang pada sisi spiritualitas saja tentu bisa menggambarkan Islam di mata dunia sebagai ajaran khurafat atau takhayul. Adapun jika pada sisi rasionalitas saja tentunya ajaran ini tak ubahnya sama seperti ajaran Paganisme penyembah berhala. Beberapa contoh rasionalitas dalam Islam Mengambil sebab a. Pembuatan bahtera nabi Nuh sebagai penangkal dari musibah banjir besar. …………..واصنع الفلك بأعيننا ووحينا “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami…” QS. Hud 37. b. Proses mendapatkan makanan seorang Maryam هزي إليك بجذع النخلة تساقط عليك رطبا جنيا “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,” QS. Maryam 25 c. Proses penyembuhan atas Wahyu dari Allah kepada nabi Ayyub. اركض برجلك هذا مغتسل بارد و شراب “Allah berfirman “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” QS. As Shaad 42 Adapun mengambil sebab menanti jodoh, berikut uraiannya 1. Selipkanlah doa ini dalam sujud sebagai wujud dari Ibad Rahman hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang. 74……………….ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما ………… – “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” QS. Al Furqan 74. 2. Mulai melakukan proses pencarian belahan jiwa, adapun dicarikan melalui bantuan orang lain hukumnya sah-sah saja. 3. Menikahlah dengan orang yang dicintai laki-laki dan perempuan, atau bisa juga mencintai orang yang menikahi khusus untuk perempuan. 4. Menikah bukan hanya dengan orang yang dicintai, melainkan berkomunikasi dengan keluarga besar pasangan yang juga baik, karena ini adalah porsi ideal dari kebahagiaan menikah sebagaimana petunjuk Rasul untuk melihat garis keturunan yang baik, adapun jika kita belum mampu mengikuti anjuran tersebut hukumnya tidak mengapa, karena bisa jadi orangtua pasangan kurang sholeh tetapi anaknya sholeh, jika sudah kepalang cinta alias cinta medok. Opsi ideal lebih ditekankan 5. Jika sudah merasa mampu dan mendapatkan jodoh yang di idamkan, segeralah menatap langit dengan penuh pengharapan sambil bergerak maju dengan badan tegap sambil melangkah untuk segera melamar sang gadis atau janda gadis lebih di anjurkan karena keutamaannya dengan mengucap “Bismillah” 6. Adapun untuk para akhwat hendaknya bersabar dan terus memperbaiki diri sambil berusaha dan berdoa agar pangeran berkuda putih segera datang menjemput Anda. 7. Semoga berhasil kawan… ___ Catatan kaki [1]. Maksudnya orang yang sempurna imannya. [2]. Dimaksud dengan disebut nama Allah ialah menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakanNya. [3] Na’budu diambil dari kata ibaadat kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. [4] Nasta’iin minta pertolongan, terambil dari kata isti’aanah mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. [5] Riwayat Tirmidzi. Ia berkata Hadits ini shahih. [6]. Cenderung kepada orang yang zhalim maksudnya menggauli mereka serta meridhai perbuatannya. Akan tetapi jika bergaul dengan mereka tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara diri, maka dibolehkan. [7]. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. [8] Kajian rutin Tafsir Al Wasith setiap Jum’at siang di Masjid-Islamic Mission City-Kairo.
Gayungpun bersambut, sang akhwat menerima pinangan itu dan mereka menikah. Simple, isn’t it? Cerita Jodoh(ku) part 2: Love at the first sight Love at the first sight atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “cinta pada pandangan pertama”. Menurut penelitian para ilmuwan, cinta jenis ini sering terjadi pada laki-laki.
Senin, 26 Zulqaidah 1444 H / 11 April 2016 0546 wib views Oleh Yuni Astuti Ada yang bilang, jodoh itu jorok karena menemukannya di sembarang tempat. Kapan saja, di mana saja. Kadang caranya tidak bisa diprediksi. Selama jodoh belum ditemukan, akan tetap menjadi misteri. Bagaikan seorang yang kehilangan separuh jiwanya, ia akan tetap mencari dan menanti. Keresahan hatinya akan terobati jika jodoh sudah bersanding di sisi. Jalan jodoh memang unik. Ada yang menikah dengan teman masa kecil, teman sekolah, teman kuliah, atau teman kerja. Ada yang kenal langsung, ada yang dikenalkan, ada yang dijodohkan, bermacam-macam. Sungguh indah skenario yang telah Allah gariskan. Kadang, dua orang saling mencintai, berjanji sehidup semati, pacaran bertahun-tahun tetapi menikah sebentar saja sudah bercerai. Bahkan, ada yang pacarannya dengan siapa eh, nikahnya dengan orang yang beda. Kisah ini menyisakan mantan yang tersakiti hatinya. Namun ada juga yang menikah sudah puluhan tahun, ternyata bercerai juga. Jodoh memang tidak bisa ditebak sampai kapan batas waktunya. Jodoh itu menarik. Ia bagaikan cermin. Cermin di sini bukan berarti sama persis. Sebab seringnya antara suami dan istri terdapat banyak perbedaan, baik sifat, kebiasaan, adat, hobi, dan cara berpikir. Bukankah cermin akan menampilkan bayangan yang berbeda dengan kenyataan? Tangan kanan menjadi tangan kiri, mata kanan berubah jadi mata kiri. Cermin juga membuat kita melihat "kekurangan" dari diri kita, sehingga bayangan dalam cermin membantu kita untuk memperbaikinya. Itu hakikat jodoh. Saling melengkapi, saling memperbaiki. Tak pernah ada cermin yang memaki kita karena wajah kita yang tak semenarik artis Korea. ... Tanpa kita sadari, apa yang sudah kita lalui adalah perjalanan untuk bisa melengkapi separuh jiwa yang kosong... Jodoh bisa didapatkan dengan mengejarnya. Kita bisa mencarinya, menunggunya, atau bahkan tak perlu melakukan apa-apa juga bisa menemukan jodoh. Rangkaian perjalanan kita sejak kecil sebenarnya akan mengantarkan kita menemukan jodoh. Tanpa kita sadari, apa yang sudah kita lalui adalah perjalanan untuk bisa melengkapi separuh jiwa yang kosong. Oleh karena itu, adakalanya jodoh tak harus tampan dan cantik, tak harus sama-sama kaya raya, tak harus sama-sama kenal sejak dulu. Sebab, bukan kita yang memilih, tetapi jiwa. Jiwa akan saling mengenali pasangannya, meski sebelumnya tidak saling kenal. Inilah mungkin yang dinamakan chemistry. Langsung cocok. Seakan sudah kenal lama. Bagi yang sudah menemukan jodohnya, hatinya tenang. Dengan syarat, jodohnya orang yang baik. Namun bagi yang belum menemukan jodoh, harap bersabar. Karena bisa jadi perjalanan Anda akan mencapai titik pertemuan jodoh. Bisa di terminal, di bus, di stasiun, atau di Facebook? Tetaplah berikhtiar dan berdoa. Sambil terus memperbaiki kekurangan diri agar kelak tidak terlalu kaget ketika bercermin karena begitu banyak kekurangan. Allah sudah menetapkan jodoh yang sesuai untuk masing-masing diri kita, jadi tak usah gelisah. Yakinlah pasti kebagian, bila tidak di dunia ya di akhirat. Anggap saja tabungan yang akan diambil tunai dengan indah nanti di surga. Wallahu alam. riafariana/ Ilustrasi Google Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita! +Pasang iklan Gamis Syari Murah Terbaru Original FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai. Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas? Di sini Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan > jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub 0857-1024-0471 Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller NABAWI HERBA Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon 60%. Pembelian bisa campur produk > jenis produk. Namun jika kita menjalani hidup yang normal seperti biasanya, tidak berusaha mencari-cari jodoh, lalu tiba-tiba kita dipertemukan dengan seseorang yang menarik dan cocok dengan kita, nah kemungkinan besar itu jodoh dari Tuhan untuk kita. TANDA KETIGA. Seseorang benar-benar jodoh dari Tuhan untuk kita jika ia benar-benar mencintai kita apa adanya. Konten ini adalah kiriman dari pembaca Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini. Ilustrasi – Catatan ini bukan cerita bagaimana teori perjodohan Rasulullah dengan Khadijah, Ali dengan Fatimah, atau kisah terkini antara Abdullah Khoirul Azzam dengan Anna Althafunnisa dalam serial Ketika Cinta Bertasbih. Ini hanya teori ringan berupa beberapa konsep yang harus dibuktikan sebagai analisa bersama di zaman sekarang. Berikut konsepnya 1. Konsep tawakal – إنما المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا وعلى ربهم يتوكلون 2 الذين يقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون 3 أولئك هم المؤمنون حقا لهم درجات عند ربهم ومغفرة ورزق كريم 4 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman [1] ialah mereka yang bila disebut nama Allah [2] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki nikmat yang mulia.” Berangkat dari ayat di atas bahwa tawakal juga harus di iringi dengan ibadah seperti shalat dan berbagi kepada yang membutuhkan agar kelak mendapat rizki yang mulia di sisi Allah. Tawakal atau berserah diri setelah semua upaya di usahakan itulah esensi dari arti kata tawakal sesungguhnya. – ……..ومن يتق الله يجعل له مخرجًا2 ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه……3 “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” Oleh karenanya bagi rekan-rekan yang dalam masa penantian hendaknya memahami konsep pertama ini sebagai langkah awal menuju proses selanjutnya. Bagaimana, mudah kan…! 2. Konsep penyembahan . إياك نعبد وإياك نستعين- “Hanya Engkaulah yang kami sembah [3], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan [4].” QS. Al-Faatihah 5 ………..…… لن تنالوا البر حتى تنفقوا مما تحبون “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai…” QS. Ali Imran 92 – وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنْتُ خَلْفَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا فَقَالَ يَا غُلَامُ! اِحْفَظِ اَللَّهَ يَحْفَظْكَ اِحْفَظِ اَللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اَللَّهَ وَإِذَا اِسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ صَحِيحٌ Ibnu Abbas RA berkata Aku pernah di belakang Rasulullah SAW pada suatu hari dan beliau bersabda “Wahai anak muda peliharalah ajaran Allah niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah ajaran Allah niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” [5] Dalam konsep ke-2 ini tentunya memerlukan beberapa perangkat dalam melakukan segala jenis ibadah yang harus dilakukan dengan konsisten dan sabar. Mari kita perhatikan surat Hud juz 12 di bawah ini – فاستقم كما أمرت ومن تاب معك ولا تطغوا إنه بما تعملون بصير 112 ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار وما لكم من دون الله من أولياء ثم لا تنصرون 113 وأقم الصلاة طرفي النهار وزلفا من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات ذلك ذكرى للذاكرين 114 واصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين 115 “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim [6] yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” Pesan dari ayat yang agung di atas di antaranya, mari kita perhatikan فاستقم = Perintah untuk konsisten dalam kebaikan ولا تركنوا إلى الذين ظلموا = Menjaga pergaulan وأقم الصلاة = Perintah menjaga Shalat إن الحسنات يذهبن السيئات = Hendaknya perbuatan buruk dosa-dosa kecil kita di iringi dengan kebaikan agar terhapus kecuali dosa besar via bertaubat واصبر = Dan perintah bersabar. Perangkat dari konsep ke-2 Menyembah hanya kepada Allah. Meminta segala sesuatunya juga kepada Allah Belajar berbagi untuk menjadi pribadi yang taat Dan kesimpulan yang ada dari surat Hud di atas. Teruntuk para penanti jodoh hendaknya juga memperhatikan pesan-pesan tersirat dari ayat-ayat Qur’an dan hadits nabi pada konsep ke-1 dan ke-2. Sekarang kita beralih ke konsep selanjutnya. 3. Konsep amal shalih dan Iman – من عمل صالحا من ذكر أو أنثى و هو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة……. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” [7] Dari surat An Nahl ayat 97 juz 14 di atas, mari kita perhatikan sejenak kalimat “فلنحيينه” falanuhyiyannahu maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya , di sini Allah ta’ala menggunakan huruf ’Lam taukid” setelah huruf “Fa” dan “Nun tasydid” sebelum huruf ’Ha besar” di akhir. Dalam kaidah bahasa Arab huruf Lam taukid berharakat fathah dan Nun Tasydid dibaca dengan ghunnah/berdengung 2 harakat yang di gabungkan dalam satu kalimat itu mempunyai arti Penguat makna. Penekanan lebih bersifat jaminan, menguji secara pasti dan lainnya sifatnya tergantung teks Qur’an Bisa juga pengeras arti tergantung dari ayat sebelum dan sesudahnya. Contoh berupa jaminan pasti Ada di Surat An Nahl ayat 97 juz 14 pada kalimat “فلنحيينه” falanuhyiyannahu, adapun konteksnya Allah ta’ala akan menjamin mereka ikhwan dan akhwat yang punya kecenderungan pada kebaikan dengan kehidupan yang layak, tapi dengan satu sarat yaitu ”percaya akan adanya satu Tuhan Allah tanpa menyekutukan-Nya’. Adapun berupa ujian yang juga bersifat pasti ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع ونقص من الأموال والأنفس والثمرات …………………………… “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan…” QS. Al Baqarah 155 Mari kita perhatikan kalimat ولنبلونكم “wa lanabluwannakum” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu. Artinya Allah hendak menegaskan bahwa akan ada pelbagai ujian yang bersifat pasti karenanya pula dipakailah huruf “Lam taukid dan Nun tasydid” sebagai bentuk keilmuan bagi orang-orang yang beriman agar bersiap-siap akan ujian dari-Nya, di antaranya Rasa Takut yang kadang menghampiri Rasa lapar yang pernah dirasakan kondisi ekonomi menjadi kurang mengizinkan kehilangan sanak saudara atau orang-orang terkasih dan juga kekurangan akan buah-buahan Makanan Kalaupun kita dapati tidak dengan Nun tasydid misalnya di surat Yusuf ayat 32 juz 12 ….ولئن لم يفعل ماء آمره ليسجنن وليكونا من “…Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina.” Kalimat pertama “ليسجنن” “layusjananna” niscaya dia akan dipenjarakan dengan lam taukid di awal dan nun tasydid di akhir, artinya memang betul Istri Al-Aziz atau yang lebih dikenal di kalangan masyarakat luas sebagai Zulaikha, Zalikha atau Rahil, walaupun riwayat tentang nama sebenarnya tidak ada yang bisa di pertanggungjawabkan karena semuanya lemah. Bahwasanya dia hendak memenjarakan Yusuf jika tidak menuruti aturannya. Tapi kalimat setelahnya justru berbeda, mari kita perhatikan ” وليكونا” “wa layakuunaa” dan dia akan termasuk/menjadi menggunakan huruf Nun Khofifah dan dibaca panjang 2 harakat yang bermakna “Penekanannya lebih ringan ketimbang dengan nun tasydid”, artinya Maksud Istri Al-Aziz kepada Yusuf sejatinya bertentangan dengan hati nuraninya atau tidak sepenuh hati. Karena bagaimana mungkin dia melihat orang yang sangat di cintainya hingga di mabuk asmara karena ketampanannya menjadi orang yang terhina. Tentunya kita pun demikian tidak mungkin melihat orang yang kita cintai menderita. Studi Normatif Sebenarnya apa yang dilakukan Istri Al Aziz kepada sang pujaan hati Yusuf adalah Salting Salah tingkah Istilah zaman sekarang karena cintanya yang berlebihan atau lebai kata anak muda di zaman ini. Kesimpulan konsep ke-3 Almarhum Syeikh Tantowi mantan Syeikh Al-Azhar Mesir pernah mengatakan kalau ayat dari Surat An Nahl di atas merupakan ganjaran di dunia bagi orang-orang baik lagi beriman kepada Allah yaitu “kehidupan yang layak”. [8] Para ulama sendiri mengartikan kehidupan yang layak ini beragam Dijadikan pemegang kepentingan. Dimantapkan agamanya Diberikan rasa nyaman dalam hidup Pekerjaan yang cocok. Keluasan rizki yang baik Kemudahan demi kemudahan. Juga jodoh yang di idamkan dan masih banyak lagi. Jadi….. bagi para penanti jodoh hendaknya mengamalkan ayat di atas sebelum kita melanjut ke konsep berikutnya. Semoga…. 4. Konsep Cinta Cinta adalah anugerah Allah yang bisa mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, para pakar Cinta sendiri mempunyai banyak definisi tentangnya dan saling berbeda tapi yang bisa disepakati adalah Cinta mendorong untuk melakukan hal-hal positif, karya-karya besar dan menjadikan hidup lebih hidup. Cinta bisa menghilangkan rasa sakit, mendorong untuk segera sembuh, cinta juga bisa menggeser segala jenis rintangan, halangan, gesekan, ujian, cobaan, kesedihan, kegalauan, kesulitan dan benda-benda mati lainnya, karena hakikat cinta adalah benda hidup yang senantiasa menghiasi hari-hari pecinta sejati. Maka teruslah hidup dengan benda hidup Cinta. Cinta bukanlah pemaksaan kehendak dan bukan juga cinta siapa yang memaksakan kehendak, melainkan cinta adalah sebuah dialog antara dua insan yang harus di perjuangkan dengan rahmat dan ridha dari sang pemilik cinta yaitu Allah. Cinta itu bermacam-macam ada cinta kepada Allah dan rasul-Nya, kepada agama, Negara, Manusia, materi, lingkungan, hobi dan banyak lagi, bukti kita cinta kepada Allah yaitu patuh dan taat pada perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Cinta berawal dari pengenalan atau ta’aruf, setelah itu timbul rasa, lalu tanggung jawab dan yang terakhir adalah kesetiaan, bukan cinta namanya bagi yang tidak mengenal dan juga yang tidak setia kepada pasangan. Cinta atau Mawaddah adalah mengosongkan hati dari segala kekurangan terhadap pasangannya, saling mengerti dan melengkapi, karena jika Cinta, segala kekurangan yang ada pada kekasihnya itu terlihat normatif, sehingga betapapun buruk yang di cintainya akan menjadi terlihat baik karena cinta dan itulah arti sejati dari Mawaddah. Khusus yang sudah menikah Oleh karenanya bagi para penjalin cinta kasih Suami-Istri hendaknyalah memperjuangkan cinta, jaga cintanya agar tetap bersemi menghiasi isi hati, sedangkan bagi para penanti jodoh hendaknya bersabar akan jaminan dari Allah berupa kehidupan yang layak di dunia seperti yang tersirat pada surat An Nahl ayat 97 juz 14. Inilah rangkaian singkat dari arti cinta, oleh karenanya wajib bagi kita untuk memahami lebih dalam akan arti cinta sebelum kita melanjut ke Konsep jodoh yang terakhir. 5. Konsep mencari sebab Ajaran Islam bukan saja mengedepankan sisi “Spiritualitas” tapi juga ada sisi lain yang penting diperhatikan yaitu “Rasionalitas” dari sinilah banyak ilmuwan barat ramai memeluk ajaran Islam karena ajarannya yang rasional. Kalaulah kita hanya berpegang pada sisi spiritualitas saja tentu bisa menggambarkan Islam di mata dunia sebagai ajaran khurafat atau takhayul. Adapun jika pada sisi rasionalitas saja tentunya ajaran ini tak ubahnya sama seperti ajaran Paganisme penyembah berhala. Beberapa contoh rasionalitas dalam Islam Mengambil sebab a. Pembuatan bahtera nabi Nuh sebagai penangkal dari musibah banjir besar. …………..واصنع الفلك بأعيننا ووحينا “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami…” QS. Hud 37. b. Proses mendapatkan makanan seorang Maryam هزي إليك بجذع النخلة تساقط عليك رطبا جنيا “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,” QS. Maryam 25 c. Proses penyembuhan atas Wahyu dari Allah kepada nabi Ayyub. اركض برجلك هذا مغتسل بارد و شراب “Allah berfirman “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” QS. As Shaad 42 Adapun mengambil sebab menanti jodoh, berikut uraiannya 1. Selipkanlah doa ini dalam sujud sebagai wujud dari Ibad Rahman hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang. 74……………….ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما ………… – “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” QS. Al Furqan 74. 2. Mulai melakukan proses pencarian belahan jiwa, adapun dicarikan melalui bantuan orang lain hukumnya sah-sah saja. 3. Menikahlah dengan orang yang dicintai laki-laki dan perempuan, atau bisa juga mencintai orang yang menikahi khusus untuk perempuan. 4. Menikah bukan hanya dengan orang yang dicintai, melainkan berkomunikasi dengan keluarga besar pasangan yang juga baik, karena ini adalah porsi ideal dari kebahagiaan menikah sebagaimana petunjuk Rasul untuk melihat garis keturunan yang baik, adapun jika kita belum mampu mengikuti anjuran tersebut hukumnya tidak mengapa, karena bisa jadi orangtua pasangan kurang sholeh tetapi anaknya sholeh, jika sudah kepalang cinta alias cinta medok. Opsi ideal lebih ditekankan 5. Jika sudah merasa mampu dan mendapatkan jodoh yang di idamkan, segeralah menatap langit dengan penuh pengharapan sambil bergerak maju dengan badan tegap sambil melangkah untuk segera melamar sang gadis atau janda gadis lebih di anjurkan karena keutamaannya dengan mengucap “Bismillah” 6. Adapun untuk para akhwat hendaknya bersabar dan terus memperbaiki diri sambil berusaha dan berdoa agar pangeran berkuda putih segera datang menjemput Anda. 7. Semoga berhasil kawan… ___ Catatan kaki [1]. Maksudnya orang yang sempurna imannya. [2]. Dimaksud dengan disebut nama Allah ialah menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakanNya. [3] Na’budu diambil dari kata ibaadat kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. [4] Nasta’iin minta pertolongan, terambil dari kata isti’aanah mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. [5] Riwayat Tirmidzi. Ia berkata Hadits ini shahih. [6]. Cenderung kepada orang yang zhalim maksudnya menggauli mereka serta meridhai perbuatannya. Akan tetapi jika bergaul dengan mereka tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara diri, maka dibolehkan. [7]. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. [8] Kajian rutin Tafsir Al Wasith setiap Jum’at siang di Masjid-Islamic Mission City-Kairo. Redaktur Ardne Beri NilaiLoading... Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung UNISBA & PIMRED di kajian dunia Islam progresif JODOHDITANGAN TUHAN Jodoh memang ditangan Tuhan, tapi kalo nggak dijemput, ya ditangan Tuhan terus. Kita kan nggak tahu jodoh kita siapa, maka
Kata Kata Mutiara Menanti Jodoh Terbaik - Jodoh adalah bagian dari takdir, sama halnya dengan rejeki dan kematian. Tidak ada yang tahu kapan waktunya datang, kapanpun itu yang terpenting adalah mempersiapkan. Tak henti berikhtiar, berdoa, dan berusaha menjemputnya. Bagi seorang perempuan yang belum dipertemukan jodohnya, biasanya yang mereka lakukan hanyalah menunggu. Tak mampu mengungkapkan, hanya doa yang menjadi harapan. Berharap laki-laki yang dicintainya itu datang melamarnya. Berikut adalah 50+ kumpulan quotes, kutipan kata kata mutiara bijak, kata kata indah, kata kata bagus, keren, romantis, ungkapan pepatah, kalimat pribahasa, kata kata nasehat islami dan kata kata motivasi tentang menanti, penantian, atau menungguh jodoh, pasangan, dan pernikahan. Kata kata inspiratif tentang menanti jodoh ini sangat cocok dijadikan caption foto/gambar instagram, status facebook, story whatsapp atau lainnya sehingga orang lain yang membacanya juga dapat terinspirasi. 1. Kamu percaya tidak? Tersembunyi apapun seseorang ia pasti akan bertemu dengan jodohnya. Percayalah syarat bertemu dengan jodoh bukan karena fotomu ada di medsos. Untukmu yang menanti di dalam hijab akbar. Tetaplah seperti itu. Tetaplah tersembunyi dan teruslah belajar. - Bela 2. Jika kita hanya menanti jodoh yang sempurna saja, kita mungkin tidak akan bertemu jodoh sampai kapanpun. Manusia pasti memliki kekurangan, Jodoh itu adalah melengkapi antara satu sama lain. 3. Sabar itu ada batasnya makanya ada perintah untuk bertawakal, terutama sabar dan bertawakkal dalam menanti jodoh. 4. Tentang jodoh ada yang sudah dipertemukan, ada yang msih mencari, ada yang msih menanti. Semua memiliki waktunya masing-masing. 5. Jodoh selalu tahu ke hati mana ia harus melangkah dan berpulang. Sebab itu setiap yang mencari pasti menemukan, setiap yang menanti pasti akan di temukan. 6. Pagi bukan saatnya untuk bermalas-malasan dek. cepat bangun, pagi terlalu berharga untuk dilewatkan dengan bermalas-malasan. ada hal besar yang sudah menanti untuk diraih, jodoh contohnya. 7. Bersabar dalam menanti jodoh dari-Nya sembari memperbaiki dan memantaskan diri. 8. Perkara jodoh. Terkadang kamu lupa akan konsepnya. Bahwa, itu diatas kendali Sang Pencipta. Biarkan semesta bekerja sebagaimana mestinya. Tugas kita, menanti dan memantaskan. Sekian. 9. Rejeki sudah ada yang ngatur. Begitu juga jodoh. Sabar-sabarlah menanti, wahai jiwa-jiwa yang sepi. 10. Menanti jodoh itu memang memerlukan doa dan usaha. Dan usaha yang utama adalah memperbaiki diri agar dapat yang baik pula. 11. Semoga yang daerahnya banjir segera surut. Semoga yang isterinya suka ngelawan lekas nurut. Semoga yang msh menanti jodoh lekas dijemput. - rajaandaru 12. Yakin, segala sesuatunya tepat waktu. - Reni Sukma 13. Tentang jodoh ada yang sudah dipertemukan, ada yang msih mencari, ada yang msih menanti. semua memiliki waktunya masing-masing. 14. Menanti jodoh yang misterius, menunggu ketidakpastian, berandai bahwa kau akan bersua dengan seorang pangeran dambaan, namun cinta dalam diam membuat mu merasa gelisah, tetapi pada akhirnya kau akan menemukan jawaban, cinta sejati, dipertemukan oleh alam, dan Tuhan penciptamu. - tuitamatir 15. Pacaran lama = bisa putus. Sudah lamaran = bisa gagal. Intinya jangan terlalu percaya, hari esok itu rahasia Tuhan. Makasih yang sudah ksh support, yang sudah kasih doa baik. Yang suka julid, semoga dapat hidayah. Yang menanti jodoh semoga tahun depan kita menemukan yang tepat. - Ayy_only 16. Menanti jodoh ni ibarat menanti ajal dan maut. Kita tak pernah tau bila saat dan masanya. Semuanya dalam rahsia Allah. 17. Tabahkan hatimu dalam penantian jodoh. Pernikahan bukanlah perlombaan. Dalam urusan jodoh, kesendirian karena penantian penuh kesabaran jauh lebih baik daripada mendahului berpasangan namun tak halal,, Sabar mblo. - vadila nurazizah 18. Tabahkan hatimu dalam penantian jodoh. Pernikahan bukanlah satu perlombaan. 19. Cepat atau lambat semua udah diatur Allah, jangan jadikan masa penantian sebagai jalan untuk berbuat maksiat dengan berpacaran ya "......Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula”. QS An Nur 26 20. Jodoh kamu itu sudah disiapkan dari dulu sebelum kamu lahir. Untuk masalah kapan, dimana dan juga waktunya pertemuan itu sudah direncanakan dengan indah oleh Allah. Jadi bersabarlah dalam penantian do'a dan juga usahanya. 21. Untukmu yang bertahan dalam penantian semoga Allah segerakan jodoh terbaik untuk kita yang memang sesuai yang kita harapkan yang akan selalu setia bersama kita. - Dovil Muhammad 22. Di tengah derasnya hujan, ada cela yang tak tertetesi oleh airnya. Begitulah ibarat jodoh dan penantian. 23. Tabahkan hati dalam sebuah penantian jodoh.. Sebab pernikahan perlombaan. 24. Tubuh mungkin terlihat kokoh. Namun nyatanya hatiku roboh. Penantian yang penuh cemooh. Untukmu yang bernamakan jodoh. 25. Lalu saya juga bingung, andai suatu pernikahan adalah akhir dari penantian jodoh, lantas knapa ada perceraian. Apakah jodohnya sebatas itu saja.? 26. Allah tidak mendekatkan jodoh kita dengan cara yang harammelalui hawa nafsu tetapi Allah mendekatkan jodoh kita melalui penantian yang penuh dengan kesabaran melalui iman dan taqwa kepadaNya. 27. Sebab penantian yang sia-sia selama 6 tahun? tapi cepat-cepat sedar sebab semua soal ajal maut, jodoh rezeki Allah yang tentukan. jadi mungkin belum masanya lagi. 28. Sadar nggak? Kita ini hidup nungguin seseorang yang disebut "Jodoh", dan kita harup percaya bahwa penantian kita nggak akan disia-siakan. 29. Apa yang harus kamu lakukan di masa penantian jodoh? Pertanyaan ini menghajatkan jawaban dari perspektif fikih penantian’, yang membahas bagaimana sikap terbaik tatkala tengah menanti takdir Allah berupa jodoh. - Cahyadi Takariawan 30. Kenapa bulan ini mikirnya “Sudah pantaskah aku dinikahi mu Dan menjadi ibu dari anak mu kelak?” Kalau memang sudah jodoh, Alhamdulillah penantian panjang berakhir disini. 31. Agar hatimu tenang, percayalah saja bahwa setelah penantian yang begitu melelahkan, terkadang pertemuanmu dengan jodoh semudah membalikkan telapak tangan. - kopibukudanpena 32. Zaman sekarang tuh lagi bumingnya itu "penantian jodoh" bukan "penantian kematian", padahal jodoh itu kebenarannya belum pasti sedangkan kematian kebenarannya sudah jelas2 pasti. 33. Dalam masa penantian jodoh, kejarlah cinta Allah, agar engkau dikejar oleh cinta dia yang mencintai-NYA 34. Hijrah kok yang di upload tentang nikah, jodoh sama penantian cinta mulu. Sekali-kali siksaan api neraka gitu loh. - tempewwgoyeng 35. Tanpa diminta untuk menunggu, Jodoh pasti bertemu di ujung penantianmu. Betapa rugi orang yang tergesa-gesa, sedangkan ada penantian yang begitu indah. - jomblomulia 35. Dalam masa penantian jodoh, kejarlah cinta Allah, agar engkau dikejar oleh cinta dia yang mencintaiNYA. - ukhtisally 36. Kesabaran yang baik dalam penantian datangnya jodoh itu, adalah kesabaran yang tidak pernah diringi keluh kesah dan ratapan. - kuliahnikah 37. Perbaiki akhlaqmu, karena jodoh adalah cerminanmu. 38. Maha suci Allah yang menjadikan kepasrahan kepada-Nya sebagai kesabaran dalam penantian jodoh terbaik dari-Mu. 39. Ukhti, Menanti jodoh, tak berarti dirimu pasif dear, isi masa penantian dengan berbagai aktivitas full manfaat. - teladanrasul 40. Penantian tak selamanya indah, kadang kala ada pula kegundahan hati, kapankah jodoh akan datang? - teladanrasul 41. Yang tak pernah kenalpun sebelumnya, bisa dengan tiba-tiba datang berkenalan kepada kita. Itulah jodoh! - defoto3 42. Akhi wa ukhti yang sedang dalam penantian hadirnya jodoh, mari kita pantaskan diri untuk menunggu datangnya jodoh yang terbaik dari Allah. - inspirasiindah 44. Sahabat, dalam penantian Jodoh, sahabat melakukan ngetes jodoh dgn cara pacaran atau memantaskan diri aja? - manjaddawajadda 45. Jodoh sudah Allah siapkan, isi waktu-waktu penantian dengan belajar, terus memantaskan diri. - uktisally 46. Coba instrospeksi diri. Gunakan masa penantian jodoh ini dengan terus berikhtiar, berdoa dan terus sibuk memperbaiki diri. - Adbdul Azis 47. Semoga yang sedang dalam penantian jodoh terbaik diberi keteguhan hati menjaga kesucian diri dari maksiat. - tweetnikah 48. Jodoh hanyalah penantian dalam kesabaran. sepasang kaus kaki milikku membuktikannya hari ini. 49. Jodoh itu rahasia Allah. sekuat apa kita setia, selama apa kita menunggu, sekeras apa kita bersabar. Jika allah tidak menulis jodoh dengan pasangan kita, kita tidak akan pernah bersamanya dan terimalah takdirnya, percayalah tulang rusuk dan pemiliknya tidak akan pernah tertukar. 50. Kata mereka jika jodoh tak akan ke mana. Tapi sangatlah bodoh kalau menunggu sampai tua, karena brondong ada di mana-mana. 51. Jodoh itu rahsia Allah. Sekuat mana pun kita setia, selama mana pun kita menunggu, sehebat mana pun kita merancang, seusaha mana pun kita bersabar, sejujur mana pun kita berbagi kasih ia tetap rahsia Allah. - fieyyrasha 52. Jika kamu telah menunggu lama dalam perjodohan, Yakin sajalah, bahwa Allah tidak pernah sembarangan dalam menjodohkan setiap hamba-Nya.
Teringatakan kisah seorang kawan menemukan jodohnya, cukup membuat diri ini semakin yakin akan ketetapanNya tanpa melanggar atau mencari celah pembenaran untuk melakukan hal-hal yang di langgar Allah. Konsep Menanti Jodoh. Adapun untuk para akhwat hendaknya bersabar dan terus memperbaiki diri sambil berusaha dan berdoa agar pangeran
Bismillaahirrahmaanirrahiim In sya Allah di postingan kali ini dan beberapa postingan berikutnya saya bakal share kisah perjalanan saya menuju halal. Sekadar berbagi pengalaman saja sih, barangkali ada yang terinspirasi pengen ngikutin jejak saya dalam menjemput jodoh, hehe. I know, setiap orang punya cerita sendiri-sendiri dalam menjemput jodohnya masing-masing. Ada yang harus menyeberang lautan luas baru ketemu jodohnya, ada yang cuma nyeberang jalan depan rumah langsung bertamu di rumah jodoh. Ada yang rela menunggu berbilang tahun lamanya sampai melewatkan banyak 'bakal jodoh' yang sempat bertandang ke rumah demi seseorang yang ternyata bukan jodohnya, ada pula yang sebatas kenal lewat selembaran biodata, ketemu cuma sekali eh langsung berjodoh. Macam-macamlah kisah yang menghiasi perjalanan seseorang dalam menjemput jodoh, mulai dari kisah paling klasik sampai kisah yang luar biasa menakjubkan. Satu hal yang pasti. Jodoh itu rahasia. Penuh misteri. Gak bisa ditebak siapa yang bakal jadi jodoh kita. Boleh jadi dia yang kelak menjadi jodoh kita adalah teman sepermainan waktu kecil atau tetangga sebelah rumah atau teman kelas semasa SMA atau teman seangkatan saat kuliah atau justru dia adalah seseorang yang tidak pernah ada dalam daftar teman kita mulai dari TK sampai Kuliah. Selain tidak bisa ditebak, jodoh juga nggak bisa dipaksa. Iya, kita tidak bisa paksa seseorang yang kita suka bakal jadi jodoh atau memaksa diri berjodoh dengan seseorang yang menjalin kasih tak halal sekian tahun lamanya dengan kita. Jodoh itu mutlak ketetapan Allah, bukan ketetapan manusia. So, nggak usah heran bila mendapati dua orang yang konon saling mencintai bertahun-tahun lamanya tapi di pelaminan bersandingnya malah dengan orang lain. Lebih-lebih pada dua orang yang konon tak saling mencintai, menjalin hubungan kasih pun tak pernah, anehnya kok bisa sama-sama melangkah menuju pelaminan bersama tanpa paksaan atau dorongan siapapun. Eh, ada kok yang kayak gitu. Segelintir. Mereka adalah orang-orang yang paham bahwa sebenarnya urusan jodoh ini sederhana sekali. Yang berjodoh akan bersatu. Yang tak berjodoh akan berpisah. Begitu aturannya. "Kalau begitu, nggak usah rempong cari-cari jodoh dong. Kan jodoh sudah diatur. Biar nggak dicari juga pasti ketemu" Yup. Jodoh memang nggak perlu dicari. Ngapain dicari, toh jodoh kita sudah ada. Ada di tangan Tuhan. Untuk bertemu, kita yang harus datang menjemputnya. Datang ke Allah. Minta dengan permohonan terbaik. Allah kan perkenankan. Mengutip kata Mario Teguh; “Jodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dari-Nya, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.” Of course, jodoh bukan dicari tapi dijemput. Kalau bukan kita sendiri yang menjemput mustahil ketemu. Sama kayak rejeki. Kalau kita malas-malasan tinggal di rumah, nggak usaha cari kerja, mana mungkin bisa dapat uang buat makan. Begitu pula dengan jodoh. Agar segera ketemu dengan calon pasangan hidup, kita yang wajib menjemput. Namanya menjemput ya harus bergerak, nggak bisa cuma diam di tempat, kudu ada usaha atau bahasa kerennya ikhtiar semaksimal mungkin yang harus kita lakukan. Oh ya, menjemput jodoh adalah tugas kedua belah pihak. Bukan cuma laki-laki saja yang wajib menjemput, perempuan pun harus datang menjemput jodohnya sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh siapa-siapa. Beneran deh. Saya sempat keliru bertahun-tahun perihal ini. Menganggap tugas perempuan hanyalah menunggu, lelaki-lah yang bertugas menjemput. Padahal rumusnya tidak demikian. Ingat janji Allah. Lelaki baik untuk perempuan baik sebaliknya lelaki buruk untuk perempuan buruk pula. Artinya, lelaki yang serius dengan perempuan yang serius, lelaki main-main dengan perempuan main-main, begitupula lelaki yang berikhtiar pastilah dengan perempuan yang sama-sama berikhtiar, nggak mungkin ketemunya dengan perempuan yang kerjaannya just galau menunggu ketidakpastian. Padahal kepastian itu musti diikhtiarkan bukan sebatas didiamkan. Alhasil, dengan pemikiran yang keliru itu saya kebanyakan bapernya; dapet udangan teman nikah, baper, datang ke kondangan sendirian, baper, menulis yang ujung-ujungnya menyerempet ke jodoh, baper lagi, ditimpuk pertanyaan kapan nikah, makin baper, ditanya udah punya calon, bapernya makin gak ketulungan belum lagi dengan meme-meme yang tiap hari memenuhi time line akun media sosial saya yang kebanyakan nyinyirin yang masih betah menyendiri. Duh, yang mau lama-lama betah melajang siapa juga. Apalah daya saya ini, cuma seorang perempuan baperan yang sering dilanda galau menanti sang jodoh yang tak kunjung datang. Saat itu yang bisa saya lakukan sepanjang waktu hanya menunggu sembari memantaskan diri dan memintal harap dengan kesabaran meluas pada-Nya. Semoga suatu hari nanti, jodoh saya segera turun dari langit *mimpi kali yee. Alih-alih disesaki dengan kegalauan all about jodoh saya mulai menyibukkan diri dengan melakukan banyak aktivitas, membaca lebih banyak, belajar lebih banyak, berinteraksi dengan lebih banyak orang hingga sekonyong-konyong ide menjemput jodoh itu nyangkut sendiri di otak. Well, saya gak bisa selamanya menunggu seperti ini, teman-teman di sekeliling udah pada melangkah ke pelaminan sementara saya masih gini-gini saja, masih stagnan, berdiri di tempat yang sama dengan status yang belum juga berubah. Saya harus mengambil langkah pertama dan ta ra ra inilah ikhtiar saya dalam menjemput jodoh; Niat Barangkali sama dengan orang yang berniat lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, selepas menyelesaikan kuliah strata satu, bakal mencari info-info terkait beasiswa S2 atau segera mendaftarkan diri di kampus pascasarjana. Begitupula dengan mereka yang berkeinginan kerja setelah sarjana, pasti bakal sibuk cari info lowongan kerja loker atau langsung mengajukan lamaran pekerjaan ke loker yang terbuka. Pun dengan saya yang setelah wisuda gak ada niat sama sekali pengen cari kerja apalagi lanjut kuliah. Niatan yang terlintas di hati saya setelah mengenakan toga pengennya langsung mengenakan gaun pengantin. Haha. Seriously, niat saya setelah sarjana memang menikah Tapi bukannya sibuk mencari-cari jodoh saya malah memutuskan pulang ke kampung kelahiran. Jangan disangka saya sengaja pulang karena pengen dapet jodohnya di tanah Papua. Tssst, diam-diam keinginan saya justru sebaliknya, hehe. Pengennya dapet jodoh di tanah Daeng. Karena itu saya harus pulang. Balik Papua. Minta restu orang tua meski belum punya calon, hehe. Baru modal niat. Yup, pulang ke rumah orang tua adalah salah satu ikhtiar saya dalam menjemput jodoh. Pulang dengan membawa sepenuh niat. Berbakti sama orang tua. Entah kenapa, saya merasa cepat atau lambat jodoh saya akan segera datang menjemput lalu membawa saya tinggal jauh dari kedua orang tua. Jadi, satu-satunya hal yang terbersit di benak saya setelah hadirnya kembali niatan tersebut adalah saya harus menghabiskan lebih banyak waktu membersamai mereka. Bukan malah pergi melanglang buana semakin jauh dari keduanya demi menemukan sang jodoh. Waktu itu, meski niatan ingin segera menikah telah muncul lagi di hati, selintas pun saya gak kepikiran mau cari jodoh, apalagi pulang dengan maksud minta orang tua yang mencarikan jodoh. Nggak ada mah pikiran-pikiran macam gitu yang nyangkut di otak saya. Yang ada, semakin tumbuh niatan ingin menikah semakin besar pula tekad saya untuk kian dekat dengan orang tua. You know, why? I think, kedekatan dengan orang tua yang akan mendekatkan saya dengan sang jodoh. Saya sangat yakin, alurnya bakal demikian. Dan memang benar, terbukti! Hihi. Berawal dari niat semata. Niatan yang mulanya masih bengkok. Keliru. Belum lurus. Dulu ketika niat itu pertama kali mencuat saya ingin menikah sebatas ingin menikah saja. Menikah biar saya bisa lekas menanggalkan status single. Sebab yang tergambar dalam benak saya, kehidupan pernikahan itu indah jadi saya ngebet pengen nikah segera. Nggak pake lama. Kan enak kalau udah punya pasangan. Kemana-mana ada gandengan, nggak sendiri lagi, gak baperan lagi. Menikah karena lama-lama saya sumpek sering ditodong pertanyaan 'kapan' sama orang-orang yang begitu peduli dengan kesendirian saya. Iri juga lihat teman-teman di sekeliling udah pada punya suami, udah gendong anak sementara saya belum. Namun, saya menyadari kesalahan yang besar dengan menumbuhkan semua niatan tersebut. Saya baru benar paham ketika mulai tertarik membaca buku-buku, artikel-artikel serta mendengar wejangan-wejangan terkait pernikahan yang berulang-ulang menekankan persoalan niat. "Innamal a'malu binniyah wa innama likullim riin maa na waa" Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkan. Menikah itu perkara ibadah. Sama kayak shalat. Wajib hukumnya diawali dengan niat yang ikhlas. Lillaahi ta'ala. Tidak boleh dicampuri dengan niat-niat lain. Terlebih bila niat menikah hanya karena cinta, ikut-ikutan atau alasan duniawi lainnya. Mau dapat apa dari niatan kerdil semacam itu. Menikahlah karena Allah. Menikahlah karena kita mendambakan ridho-Nya. Menikahlah karena sami'na wa atho'na dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Serupa dengan nasihat ust. Khalid Bassalamah yang saya ambil dari cuplikan ceramah beliau di youtobe. "Menikah itu jangan karena disuruh orang tua. Jangan menikah karena terdesak. Jangan menikah hanya karena SUKA. Jangan menikah karena semua teman-teman sudah menikah, tinggal kita sendiri. Saya menikah karena perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana saya shalat karena perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana saya puasa karena perintah Allah dan Rasul-Nya" So, bagi kalian yang saat ini telah terbesit niatan ingin segera menikah, yuk senantiasa perbaharui dan luruskan niat-niat kita. Jangan cuma sekadar menghadirkan niat yang asal-asalan tapi sungguh-sungguhlah dalam berniat. Ikhlas lillaahi ta'ala. Niat itu adanya dalam hati dan Allah Maha melihat hati-hati kita. Fyi, kita nggak perlu punya calon dulu baru berniat, tapi berniatlah yang ikhlas dan benar, tepat di saat niat tersebut hadir, saat itu pula Allah kan menyiapkan jodoh terbaik untuk kita. Jodoh yang telah lama ada di tangan-Nya bahkan jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia. Hanya persoalan waktu saja, jodoh di tangan-Nya akan segera diulurkan ke kita. Target Kalau ditanya kapan nikah, jelaslah saya yang ketika itu masih 'alone' nggak bisa memberi jawaban pasti. Wong jawabannya cuma Allah yang tahu. Sama bila saya memberi pertanyaan balik dengan mengganti kata setelah kapan menjadi mati. Otomatis nggak bisa jawab kan? Iya, sebab menikah itu satu paket dengan kematian. Hakikatnya sama. Mutlak Rahasia Allah. Telah ditetapkan waktunya. Rahasia itu baru akan tersibak ketika masanya telah tiba. Ya, bisa jadi ajal atau jodoh duluan yang menghampiri kita kelak. Wallaahu a'lam Semestinya yang menjadi ketetapan Allah nggak perlu ditanya-tanya. Toh, setiap orang telah ditentukan jatah jodoh masing-masing. Soal kapan biarlah menjadi urusan Yang Maha Kuasa. Lagian nggak adil juga, selama ini kita cuma berani basa-basi mengajukan pertanyaan kapan nikah ke teman-teman yang masih happy dengan status singlenya tapi tidak pernah berani bertanya ke mereka atau minimal ke diri sendiri, kamu kapan matinya? But, whateverlah, keep positif thingking, walaupun saya sendiri kadang suka sebel bin kesel dengan orang-orang di sekitar yang doyan mengajukan pertanyaan basi macam gitu macam nggak ada pertanyaan lain saja. Coba konteks pertanyaannya diganti kayak gini. "Ukh udah niat menikah belum?" Eh, kalau niat ada sih tapi belum ada calonnya, hehe "Kalau ada yang mau ajak antii ta'aruf, mau gak?" Hmm diam sejenak pura-pura mikir. Iya. Boleh juga. Nah, itu tuh bentuk pertanyaan yang tepat, kalau memang kita benar-benar peduli sama teman, saudara atau sahabat yang masih single. Pertanyaan yang kita ajukan mustinya bisa jadi solusi bukan pertanyaan yang bikin mereka tambah galau berlipat-lipat. Misalkan, sewaktu-waktu dapat todongan pertanyaan retoris yang mengandung tawaran baik kayak gitu, kita juga gak usah sok-sok-an jaim. Bilang saja iya. Bilang saja mau. Kalau memang berminat, apa salahnya? Hehe. Jodoh itu bisa dijemput dari arah mana saja, guys. Mau lewat orangtua, teman, tetangga, kerabat, guru, orang yang baru kenal di perjalanan udara pun jadi atau dari mana-mana saja. Kuncinya, jangan sempitkan pikiran dan buka akses jalan menuju ke sananya lebar-lebar. Urusan hasil belakangan, yang penting ikhtiar dulu. Logikanya, gimana kita mau segera ketemu jodoh, bila setiap ada yang datang langsung ditolak. Pendek, ditolak. Tinggi, ditolak. Kurus, ditolak. Gemuk juga ditolak. Miskin, ditolak. Kaya pun ditolak. Maunya apa coba. jawaban ust. Khalid nih bila ditanya soal jodoh Bukan berarti pula kita boleh asal menerima sesiapapun yang datang, tapi sebelum menolak, please, pertimbangkan baik-baik apa yang wajib dipertimbangkan. Oke, masalah pertimbangan itu kita skip dulu, kembali ke soal pertanyaan. Kalau pertanyaan kapan nikah diselipi kata ingin di tengahnya atau diganti dengan pertanyaan, target nikahnya kapan, baru deh saya bisa kasih bocoran jawabannya. In syaa Allah di umur duapuluhtiga. Itu target nikah saya selanjutnya ketika target awal saya pupus di tengah jalan. Jadi gini, sebelumnya saya pernah pasang target; pengen menikah dini tepatnya di umur duapuluh. Ups! Keinginan tersebut bahkan pertama kali muncul saat saya masih mengenakan seragam putih abu-abu. Semasa SMA memang udah terbesit niatan saya ingin menikah muda, hihi, tapi niatan tersebut terpaksa harus saya singkirkan jauh-jauh demi memenuhi harapan orang tua terutama mama yang menginginkan putrinya meraih gelar sarjana lebih dulu sebelum menyabet gelar istri. Lagipula ketika memasuki umur duapuluh, saya baru duduk di bangku semester lima, masih asyik berkutat dengan tumpukan tugas dari dosen yang seperti gak ada ujungnya belum ditambah dengan seabreg kegiatan kemahasiswaan yang saya geluti, mana sempat mikir nikah muda. Lagian juga tidak ada tanda-tanda jodoh saya bakal datang di umur duapuluh. Yowes, saya beralih, bikin target baru. Menikah lepas kuliah. Well, karena saya lebih dulu kejar target wisuda di umur duapuluhdua jadi saya sengaja bikin target menikah di umur duapulutiga. Ceritanya biar bisa lebih fokus mempersiapkan diri gitu. Alhamdulillaah, target wisuda saya tercapai tepat waktu sementara target menikah saya, eng ing eng! Bukannya tidak tepat waktu, hanya saja ketika saya datang menjemput jodoh di umur segitu, Allah belum kasih. Namanya manusia cuma bisa berencana, Allah yang menentukan. Saya merencanakan menikah di umur duapuluhtiga namun Allah punya kehendak lain, yoweslah, kan saya masih bisa bikin target baru. Intinya sih, jangan pernah putus asa. Target pertama gagal, bikin target kedua, target kedua juga gagal masih ada target-target selanjutnya yang bisa kita susun sewaktu-waktu selagi niatan masih menetap di hati. Ibaratnya, niat tanpa target adalah sebatas angan sedang niat yang disertai target adalah mimpi yang berpijar. Setidaknya dengan menetapkan target, kita punya tujuan yang jelas. Menjadikan mimpi bukan sebatas bunga tidur. Seperti halnya dengan niat, target yang saya tetapkan juga tidak asal-asalan. Bila di dua target sebelumnya saya sekadar mencantumkan umur, maka target selanjutnya saya bikin lebih spesifik. Tidak tanggung-tanggung; hari, tanggal, bulan dan tahun pun saya cantumkan jelas-jelas. Selain menuliskan target tersebut di buku catatan yang kerap saya bawa kemana-mana, diam-diam hati saya juga sering berbisik lirih tentang niatan tersebut. Yaa Allah, saya ingin menikah. Maksimal di umur duapuluhlima, tapi kalau boleh sebelum umur saya menyentuh angka seperempat abad. Jika boleh ya Allah. Mohon perkenankan. Waktu itu, tersisa enam bulan sebelum umur saya memeluk angka duapuluh lima. Saya telah berada persis di titik pasrah, jodoh yang tadinya saya sangka dekat terasa kian jauh tak terjangkau sementara target yang saya tentukan tinggal hitungan bulan. Jadi, apa yang bisa saya lakukan selain memasrahkan semua yang terbaik pada ketetapan-Nya. Enam bulan yang kemudian menjelma tiga bulan tersisa dan saya masih belum punya jawaban iya bila ditimpuk pertanyaan udah punya calon belum. Bila diingat, rasanya mustahil saya bisa memenuhi target nikah dalam jangka waktu sesingkat itu. Belum prosesnya. Belum musyawarah antar keluarga. Belum masalah uang panai'. Belum khitbahnya. Belum penetapan tanggal nikah. Belum persiapan walimah. Waduh, baru sekadar memikirkan saja saya udah kewalahan duluan. Tapi, apa sih yang mustahil bagi Allah. Kun Fa ya Kun. 15 April 2017. Di dua bulan kurang tiga hari menjelang seperempat abad, alhamdulillaah, target menikah yang sempat saya anggap mustahil beneran terwujud. So, tunggu apa lagi. Bagi kalian yang telah berniat menyempurnakan separuh dien, Allah dengar kok segala isi hati kita. Ayo, segera bikin target; kapan ingin nikah? Aksi Oke, sekarang waktunya beraksi. Haha saya bukan ngajakin ikut aksi demo ya, melainkan aksi jemput jodoh. Ikhtiar sebatas niat dan target saja belum cukup. Perlu tindakan nyata yang saya sebut sebagai aksi. Sepengamatan saya, aksi menjemput jodoh ini juga banyak macamnya. Ada yang beraksi menjemput jodohnya lewat perjodohan, ada yang lewat kontak jodoh ada yang lewat dunia maya, ada yang lewat jalinan kasih sebelum SAH, ada yang lewat jalinan hati tanpa kepastian, ada pula yang cuma lewat perantara teman, guru, saudara, kerabat atau kenalan. Kira-kira bila ditawarkan memilih, kalian pilih aksi jemput jodoh yang mana? Kalau saya milihnya, aksi yang Allah ridhoi, Orang tua ridho, saya pun ridho. Jika lewat perjodohan, orang tua ridho otomatis Allah juga ridho, tapi belum tentu sayanya ridho. Syukurnya, orang tua saya bukan tipikal orang tua yang suka memaksakan keinginan mereka ke anaknya. Apalagi terkait urusan yang si anak sendiri bakal ngejalani. Lagipula dalam Islam nggak ada tuh konsep perjodohan macam zaman Siti Nurbaya. Sebaliknya, wanita diberi kebebasan memilih jodoh sesuai dengan keinginannya sendiri. Seperti yang disabdakan Rasul. “Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” HR Abu Daud Beraksi lewat kontak jodoh macam yang di tipi-tipi juga bukan saya banget, selain caranya yang nyeleneh, saya nggak minat sama sekali, lebih-lebih lewat dunia maya yang dominan fatamorgana. Di akun medosnya saja tampak perfect, aslinya i don't know. Sekarang kan jamannya serba pencitraan. Orang-orang gampang memosting gambar-gambar dirinya yang telah diedit sedemikian rupa dihiasi pula dengan caption yang sok bijak, sok melankolis, sok agamis, sok motivator, namun di dunia nyata wajah dan sikapnya ternyata berbanding seratus delapan puluh derajat. Astaghfirullaah, bukannya bermaksud su'udzhon, tanpa disadari saya pun mungkin pernah melakukan khilaf yang sama, cuma mengingatkan saja. Hati-hati, jangan terlalu larut dengan dunia maya. Cukuplah menjadikan dunia maya sebagai media komunikasi dengan batasan-batasan tertentu bukan sebagai tempat kita beraksi menjemput jodoh dengan mengobral janji-janji palsu. *eaaa Menjemput jodoh dengan jalinan kasih sebelum SAH juga bukan satu-satunya pilihan terbaik. Meski mungkin masih banyak di luar sana yang berpikir satu-satunya cara terbaik menjemput jodoh adalah dengan menjalin hubungan lebih dulu. Logikanya, gimana mau segera dapat jodoh, bila kekasih baca; calon saja belum punya, bergaulnya sesama perempuan, jarang pula keluar, mana ada lelaki yang melirik perempuan single yang sebegitu tertutupnya. Eits, jangan salah! Hanya karena berkomitmen jadi pejuang jofisha jomblo fisabilillaah, red or singlelillaah bukan berarti saya gak bisa segera dapat jodoh. Justru itulah salah satu ikhtiar saya dalam menjemput jodoh. No relationship before marriage. Kadang-kadang jodoh memang gak butuh logika kok. Kurang lebih sama-lah dengan rejeki. Sering datang dari arah yang tak disangka-sangka. Kayak yang udah saya alami. Ih, kok bisa. Gimana ceritanya. Teman kampus, bukan. Teman organisasi, bukan. Teman di medsos, iya, but pajangan doang sih. Nyaris gak pernah saling sapa di dunia maya. Ketemunya cuma sekali, kenalan singkat juga cuma sekali via BBM doang. Udah gitu aja. Nothing special. Dia di Makassar. Saya balik Papua. Kurang lebih dua tahun pasca pertemuan dan perkenalan yang hanya sekali, kami sama sekali gak ada komunikasi apa-apa. Lalu, belum genap tiga tahun berjalan, rasanya semua seperti mimpi. Saya ketemu dia lagi. Bersama orang tua. Di ruang tamu rumah saya. Di Papua. Besoknya. kami ketemu lagi. Di kamar pengantin. Pasca ijab kabul. Uhuk. Well, sampai detik ini pun bila mengingat kronologis perjalanan saya menjemput dia dan dia menjemput saya, rasanya masih kayak mimpi. Sulit percaya. Logikanya dimana coba, kami hanya butuh dua kali pertemuan untuk jadi jodoh, di luar sana malah ada yang langsung berjodoh di pertemuan pertama. Etapi saya tak menyarankan kalian beraksi mengambil tindakan nekat dengan menjemput jodoh bak membeli kucing dalam karung yaa. Kecuali benar-benar yakin. For me, jodoh yang tak butuh logika. Bukan cinta. Sebab cinta sewajarnya butuh logika. Jika cinta tanpa logika endingnya bakal crazy or dead. Tuh, baca saja kisah cinta tak berlogikanya Majnun terhadap Layla atau Romeo terhadap Juliet yang rela menjadi gila dan mati oleh sebab cinta. Keduanya bukan kisah cinta heroik yang patut diteladani. Kisah cinta yang heroik itu yang serupa kisah cinta Sang Rasul terhadap kekasih pertamanya Khadijah yang mengajarkan kepada kita tentang kesetiaan. Betapa sabda Rasul ketika mengenang kesetiaan menduang istrinya. "Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tak memberiku apa-apa. Allah mengaruniakan aku anakn darinya dan mengharamkanmu anak dari selain dia" [HR Imam Ahmad]. Aih, tiap baca hadis ini hati saya selalu tersentuh. Adakah saya bisa meneladani betapa mulianya khadijah sebagai seorang istri. Atau pernah nggak baca kisah cintanya seorang Salman Al Farisi, sahabat nabi dari Persia yang konon diam-diam menaruh perasaan cinta pada seorang wanita muslimah Madinah nan shalihah. Berniatlah ia hendak melamar wanita tersebut. Namun, sebagai penduduk baru di Madinah Salman tidak mengetahui persis bagaimana tradisi mengkhitbah wanita di daerah tersebut sehingga datanglah ia kepada sahabatnya Abu Darda untuk dimintai bantuan melamar wanita idamannya. Sebagai saudara seiman, tentulah Abu Darda merasa berkewajiban membantu. Maka berangkatlah keduanya menuju rumah wanita yang dimaksud. Sesampai di sana, Abu Darda memperkenalkan Salman Al Farisi kepada orang tua wanita yang hendak dilamar sahabatnya itu kemudian menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Orang tua si wanita menyambut baik kedatangan mereka dan menyerahkan sepenuh keputusan kepada putrinya. Berdebar hati Salman saat menanti keputusan wanita yang ingin dinikahinya. Namun siapa sangka, jawaban wanita tersebut seharusnya menghancurkan hati Salman berkeping-keping. "Putriku akan mengatakan iya jika Abu Darda memiliki keinginan yang sama seperti keinginan Salman Al Farisi" Jawaban yang sangat mengejutkan disampaikan oleh ayah sang wanita. Putrinya justru memilih lelaki yang niatnya datang hanya ingin membantu pinangan sahabatnya. Kemudian dengan legowonya seorang Salman Al Farisi bisa menerima keputusan itu. Mengikhlaskan sahabatnya menikah dengan wanita yang hendak ia lamar namun tak memilihnya. Tidak sebatas mengikhlaskan, semua harta benda yang ia siapkan termasuk mahar untuk si wanita itu ia berikan pula kepada Abu Darda. Maa syaa Allah. Kalau kita yang ngalami kayak Salman gimana rasanya ya? Maksud hati melamar pujaan hati pake bantuan mak comblang eh yang mau dilamar malah pengennya sama mak comblang. Duh, pasti nyesek. Perih. Sakit pake banget. Misalkan dalam kondisi demikian, sanggupkah kita bersikap kstaria dan heroik layaknya sikap Salman Al Farisi. Pasti sanggup. Bila merasai cinta pake logika. Kalau gak pake logika, itu mah yang susah. Hidup kemudian dibutakan oleh cinta. Depresi berlarut-larut. Stress berkepanjangan. Puncaknya, bunuh diri hanya karena cinta. Naudzubillaahi min dzalik. So, please, urusan cinta pake logika yaak. Kalau urusan jodoh gak papa deh gak pake logika, pasalnya jodoh memang hadirnya kadang-kadang memang gak bisa dicerna dengan logika. Menjalin kasihnya dengan siapa, mengikrar janji setianya sama siapa, yang ditunggu siapa, yang datang siapa, yang diharapkan siapa, yang diperkenankan siapa. Namanya jodoh. Berlogika, wajar, tak berlogika, ajaib. Iya, karena urusan jodoh Allah yang turun tangan langsung, mau diulurkan dengan cara apa dan bagaimana terserah Allah, tapi tergantung juga sih gimana cara kita menjemput dan memintanya. Kalau jemputnya keluar rel, mintanya dengan paksa pula, gimana Allah mau kasih jodoh dengan cara yang baik. Kalau urusan cinta, yaa kita sendiri yang mengelola. Kan Allah udah titipi kita hati, udah bekali juga dengan potensi rasa. Mau cinta sama siapa, nau benci sama siapa, whoever. Allah yang menggerakkan hati-hati kita dan Dia juga yang memberikan skill agar kita mampu mengelola hati sendiri. Simply, cinta jangan dijadikan alasan menikah. Sebab ada atau tidaknya cinta, sama saja. Bila Allah telah tetapkan yang berjodoh pasti berjodoh. Yang ngotot pengen berjodoh dengan dalih cinta mati pun jika Allah takdirkan tak bersama tidak akan bersama. Maka benarlah kata bijak ini, cinta tak harus saling memiliki tapi siapapun yang anda miliki harus anda cintai. Urusan jodoh pun sesederhana itu. Saya kutip lagi ya kata Mario Teguh. “Jodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dari-Nya, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.”. Well, saya gak bermaksud mengulang pernyataan karena jodoh di tangan Tuhan berarti kita yang harus jemput, kita yang harus datang pada-Nya, kita yang harus minta dengan permohonan terbaik. Mudah-mudahan segera Allah berikan. Tidak sama sekali. Sebenarnya dari awal saya udah greget pengen mengulas soal ini namun sengaja saya skip dulu biar lebih fokus membahas ikhtiar dalam menjemput jodoh. Rencana malah saya pengen bikin ulasan tersendiri di postingan baru namun keburu waktu. Postingan ini saja belum jadi-jadi, belum postingan Menuju halal part dua, part tiga dan seterusnya. Ya udah, sekaligus saya bahas di sini saja. Barangkali saya salah satu dari sekian banyak orang yang menikah tanpa diawali dengan dasar cinta. Iya sih, dulu cinta segala-galanya bagi saya. Siapa sih yang gak mau menikah dengan orang yang mencintainya pun dicintainya. Saya sampai membahas kegelisahan saya tentang pilihan menikah di Kamar Kenangan ini berdasarkan apa yang pernah saya alami dan rasakan. Sampai akhirnya saya menemukan jawaban dari alasan kenapa saya ingin menikah. Kembali ke niat lantas cinta di mata saya bukan lagi menjadi alasan pertama, kedua dan seterusnya. Jika cinta harus menjadi alasan, saya dengan yakinnya meletakkan cinta di pilihan terakhir. All right, sungguh beruntung orang yang bertemu jodohnya karena didasari rasa cinta. Mungkin layaknya kisah cinta Hamis dan Raisa yang disebut-sebut sebagai haripatahhati se-Indonesia, saking bapernya orang-orang yang menyaksikan kemesraan dan luapan cinta yang terpancar di mata dua sejoli yang baru melangsungkan pernikahan awal September kemarin. Atau layaknya kisah pernikahan spektakuler Rafi dan Nagita yang disiarkan secara life dan eksklusif tiga tahun silam bahkan kehidupan setelah pernikahan mereka mulai dari berbulan madu hingga hadirnya Rafatar diangkat sebagi reality show oleh salah satu stasiun TV swasta Nasional. I's true, pernikahan impian semua orang tentunya. Mengawali pernikahan dengan cinta. Kalau nggak cinta, ngapain nikah. Iya nggak? Iya sih iya, tapi kenapa kok banyak artis yang nikahnya karena cinta eh gak sampai beberapa tahun kemudian, ada yang cuma hitungan bulan malah, udah memutuskan berpisah dengan alasan tidak ada lagi kehormanisan dalam rumah tangga mereka. Entah kemana perginya cinta yang disanjung-sanjung dulul. Nah lho? Tidak bisa dipungkiri, setiap orang mungkin pernah menyimpan satu nama dalam hatinya yang dia dambakan menjadi pasangan hidup dan imam dalam rumah tangganya kelak. I also, sebelum paham hakikat cinta yang sebenarnya, saya merawat perasaan itu dengan bumbu keyakinan you are my destiny. Sebegitu yakinnya saya. Sebegitu berharapnya saya. Iya, saya pernah memilih beraksi menjemput jodoh dengan menjalin hati tanpa kepastian. Sebatas mengungkapkan kemudian didiamkan. Menautkan janji. Mengejar mimpi yang lain. Kemudian menunggu. Ketika mimpi yang dikejar telah digenggam, janji itu belum juga terpenuhi. Menunggu menjelma abu-abu. Dipertanyakan salah. Didesak salah. Didiamkan juga salah. Lalu, saya merasa serba salah. Kesalahan fatal yang tidak seharusnya saya lalukan; menunggu seseorang yang bukan jodoh. Entah, harus sampai kapan saya menunggu dengan macam-macam prasangka yang kerap meresahkan hati. Oke, saya akui saya bukan hanya salah tapi juga kalah. Saya cukup lelah menunggu dan jujur saja, saya bukan perempuan kuat yang sanggup menunggu selamanya apalagi menunggu tanpa kepastian. You know that feel kan? Life is must go on. This is my life. Saya telah sampai pada pemahaman itu, jodoh tidak dicari, tidak pula ditunggu, harus dijemput maka inilah salah satu ikhtiar saya dalam menjemput jodoh. Melepaskan apa-apa yang hati saya tidak lagi sanggup memikulnya. Jalinan hati meski tanpa status macam pacaran, TTM, kakak-adek, HTS atau apalah namanya ternyata sama saja. Nyatanya memang tidak ada satu pun jalinan yang diridhoi Allah bagi dua orang yang saling mencintai selain jalinan pernikahan. Termasuk jalinan hati. Ah, saya salah. Saya sangka tidak ada salahnya bila diam-diam kita menaruh perasaan pada seseorang. Diam-diam yang dengan sengaja disuarakan lalu didiamkan lagi. Diam-diam pula hati saya ikut merekah lalu sekonyong-konyong hadirlah jalinan hati itu yang mari kita sebut saja sebagai harap, mengharap, berharap, diharapkan. Harapan yang tidak seharusnya tumbuh. Saya telah tiba pada titik itu ketika harapan yang dulunya menjulang pada manusia saya alihkan dan langitkan pada-Nya. Kini, kepada Allah jua-lah saya julangkan segala harap. I believe, jika saya melepaskan satu cinta karena-Nya, kelak Allah pasti menggantinya dengan cinta yang lain, cinta yang lebih baik, cinta yang terbaik. In syaa Allah. Kalau versi ust. Salim A Fillah sih "Cinta tak pernah meminta atau menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian atau pengorbanan" Finally, beraksi lewat perantara menjadi satu-satunya pilihan tersisa yang saya pilih. Menjemput jodoh lewat perantara yang diawali dengan menukar selembaran biodata atau istilah kekiniannya ta'aruf. Pasti udah pada tahu kan istilah tersebut. Kenapa ta'aruf, bagaimana konsepnya, seperti apa alurnya, seberapa lama prosesnya, gimana ngejalaninya. Jawabannya; so simple. Sungguh, gak menguras otak, tenaga, waktu, lebih-lebih air mata. In syaa Allah bakal saya bahas khusus di postingan berikutnya. Back to the topic, selain tiga poin utama niat, target, aksi actually masih banyak poin yang belum sempat saya jelaskan panjang lebar satu per satu mengingat catatan ini keburu terlanjur melebar kemana-mana. Saya sebut poin-poinnya saja ya mengenai ikhtiar yang saya lakukan namun gak sempat saya jabarkan di postingan ini. Tidak letih berdoa, banyak-banyak istighfar, mendekat pada Allah, sering curhat galau-galau dan baper-bapernya sama Dia, keep positif thingking juga sama Dia, dekat sama teman-teman yang udah pada nikah. Sering ngumpul sama ibu-ibu majelis ta'lim. Suka datang ke kondangan. Minta didoakan sama teman yang dapet giliran jadi pengantin, koleksi buku-buku pernikahan, bacanya sekali-sekali. Sering bikin caption di IG tentang jodoh. Doyan share artikel-artikel rumah tangga di FB dan yang tak kalah pentingnya. Nuntut ilmu nikah. Yip, nikah juga butuh ilmu, sis, bro, makanya saya demem banget ngejar ilmu yang berkenaan dengan pernikahan dan rumah tangga, misal rajin ikut kajian bareng ibu-ibu, Incar seminar pra nikah or family talkshow kalau ada, seminar parenting juga sukaaa. Kira-kita begitulah ikhitiar yang kerap saya lakukan di luar tiga poin utama. Ada pun beberapa hal lainnya sempat saya singgung di sepanjang menguraikan tiga poin utama, semisal saya yang memilih menjemput jodoh dengan pulang ke rumah orang tua, berbakti pada mereka meski sampai detik ini atau sampai kapan pun bakti saya ke mereka gak pernah cukup atau saya yang berusaha open minded memutuskan untuk tidak lagi menunggu siapa-siapa, menjemput jodoh saya sendiri dengan menerima tawaran ta'aruf seseorang yang meski, gak begitu kenal perangainya, gak begitu tahu persis parasnya, jangankan ngomong masalah perasaan, akrab saja tidak. Tapi saya mau, saya ingin, saya bersedia berproses dengan lelaki asing itu. Kenapa? Kembali ke Niat. Kembali ke Target. Kembali ke Aksi. Kembali ke masalah jodoh itu di tangan Tuhan. Kalau bukan kita sendiri yang datang menjemput dan meminta, selamanya jodoh akan tetap di tangan Tuhan. Niat udah, target udah, aksi udah. Poin-poin lainnya juga udah saya sebutin. Selanjutnya apalagi? Sabar, TawakaL, Syukur Of course, setelah segenap ikhtiar dilakukan, silakan perbanyak stok SABAR kemudian jangan lupa pasrahkan semua hasilnya pada Ilahi. Tugas kita kan cuma berikhtiar menjemput dan meminta jodoh yang masih ada di tangan Tuhan. Persoalan Allah kasih jodoh kita segera atau tidak, sesuai dengan harapan kita atau bukan itu sepenuhnya hak Allah. Jadi, bila Allah tak kunjung mengulurkan jodoh atau mengulurkan namun tak sesuai dengan jodoh yang kita impikan, what do you do? Tetap bersyukur. Bila Allah belum kasih sampai saat ini it means, waktunya yang belum tepat dan bila Allah mengulur jodoh namun jauh dari yang didambakan it means dialah orang yang tepat, dialah jawaban terindah dari ikhtiar panjangmu, dialah jodoh terbaik yang dipilihkan Allah untukmu. Take picture via instagram Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan, wahai diri Barangkali saya tidak termasuk orang beruntung yang menikah dengan lelaki pilihan hatinya namun boleh saya katakan dengan lantang, saya-lah orang yang sangat bersyukur menikah dengan lelaki pilihan Allah yang juga memilihku karena Allah dan saya pun memilihnya karena karena Allah. Baca juga Menikah Karena Allah IG ; mediareminder Sekian, ikhtiar menjemput jodoh versi saya. Mudah-mudahan bisa menginspirasi khususnya bagi kalian yang masih lajang dan udah punya niat menikah. Yuk, tetap semangat berikhtiar jemput jodoh masing-masing. Baca kisah Menuju Halal selanjutnya Kriteria Jodoh Impian
EafN.
  • 06qqdwgnar.pages.dev/357
  • 06qqdwgnar.pages.dev/359
  • 06qqdwgnar.pages.dev/317
  • 06qqdwgnar.pages.dev/126
  • 06qqdwgnar.pages.dev/225
  • 06qqdwgnar.pages.dev/82
  • 06qqdwgnar.pages.dev/47
  • 06qqdwgnar.pages.dev/75
  • 06qqdwgnar.pages.dev/348
  • kisah akhwat menanti jodoh